Seorang kawan tengah murung, bagaimana tidak, pandemi COVID benar-benar telah menghancurkan ketahanan finansial keluarganya. Terhitung sejak awal pandemi Covid masuk ke Indonesia, usaha dagang kecil-kecilannya megap-megap di tengah himpitan pandemi. Ya, pandemi telah memukul semua sektor usaha mulai dari sektor pariwisata, transportasi bahkan juga ke sektor perut.
Resto tidak bisa melayani makan dine in, pesanan catering dibatalkan pelanggan, pesawat dan transportasi umum dilarang mengangkut pemudik, hotel2 kehabisan tamu yang menginap. Aneka peraturan pemerintah yang berfungsi mencegah penyebaran pandemi secara masih, pada sisi yang lain berkorelasi juga dengan penurunan produktifitas dan juga income yang diterima akibat kebijakan work from home
Beruntung bagi kita yang hanya ‘dirumahkan’ untuk terus bisa bekerja dari rumah, teknologi informasi saat ini sudah cukup mendukung aktifitas pekerjaan secara remote dari rumah. Penggunaan teknologi meeting online seperti zoom maupun microsoft meet, bahkan whatsapp pun bisa digunakan untuk teleconference untuk membahas project berjalan dengan tim kecil
Sebagai seorang pendidik, aku memaksimalkan beberapa media teknologi informasi untuk bisa terus terhubung dengan siswa. Tujuannya agar siswa tetap bisa belajar meski terbatas oleh ruang dan waktu.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para pendidik di masa pandemi dengan memanfaatkan teknologi informasi agar terus bisa mengaktifkan siswa-siswinya agar terus menjaga semangat belajar mereka
- Kementrian Pendidikan bekerjasama dengan TVRI menayangkan konten pendidikan setiap hari bagi siswa mulai dari jenjang TK hingga SMA, para guru umumnya meminta siswa untuk mengerjakan tugas atau membuat kesimpulan, tanggapan dari tayangan tersebut
- Memaksimalkan grup whatsapp. Guru bisa membuat konten pembelajaran kemudian membagikannya ke dalam grup whatsapp, kemudian meminta siswa memberikan tanggapan terkait konten tersebut
- Menyiapkan google drive untuk menampung tugas portofolio dari siswa, bisa berupa makalah, tugas harian, jawaban tes tertulis maupun karya produk dalam bentuk digital
- Menggunakan e-form berbasis Google Form untuk membuat tes online yang mudah diakses siswa
- Menggunakan e-meeting seperti Zoom atau Microsoft Meet untuk tugas presentasi siswa secara live dari rumah masing-masing
- Menggunakan fasilitas e-learning yang banyak terdapat di internet dan gratis, tidak memerlukan guru atau siswa membayar biaya layaknya orang kursus. Ada banyak pilihan siap pakai seperti Edmodo, Google Classroom, Schoology, maupun JBClass untuk sekolah di wilayah DIY
Setiap guru bisa menyesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kesulitan yang bisa sama-sama diterima baik oleh guru maupun siswa. Tentu, hampir tidak mungkin menggunakan e-learning untuk anak usia TK, dan akan menjemukan jika siswa SMK diminta menatap layar televisi setiap hari. Namun, bisa saja penggunaan media tersebut digunakan di sekolah yang memang siswanya masih sangat terbatas dengan teknologi informasi akibat kondisi geografis maupun infrastruktur teknologi yang ada di daerah masing-masing.
Aktifitas pekerjaan masih bisa disiasati dengan adanya teknologi informasi, tinggal bagaimana memaksimalkan teknologi informasi ini agar mendapatkan manfaat yang kurang lebih bisa menggantikan pembelajaran tatap muka.
Para pendidik, maupun para pekerja remote lainnya masih bisa melaksanakan pekerjaan meski dibatasi oleh peraturan social distancing. Ini tentunya berbeda dengan banyak rekan yang benar-benar dirumahkan, dalam artian tidak dipekerjakan kembali maupun diPHK. Dimana mereka tidak hanya kehilangan mata pencaharian tetapi juga sumber penghidupan. Di sisi lain, uang tabungan mereka tidak cukup untuk bertahan hidup di kota orang, mudik ke kampung halaman pun dilarang oleh pemerintah.
Tidak terkecuali dengan temanku tadi, ia diberhentikan dari tempatnya bekerja. Praktis ia hanya mengandalkan usaha kecil-kecilan yang dirintis di rumah kontrakannya. Usaha itu bergerak di bidang makanan.
Oh ya gampang, jual aja makanannya via online, atau daftarin ke layanan pemesanan makanan online. Oke mari kita lebih clear saja bahasnya. Temanku ini berjualan bakso memanfaatkan serambi rumah kontrakannya. Sebelum masa pandemi, dagangannya bisa digunakan untuk menambah kebutuhan dapur sehari-hari.
Kemudian datanglah pandemi, dan kalian tentunya paham, saat orang-orang dilarang keluar rumah, mereka mungkin akan berpikir ribuan kali nongkrong di warung bakso, lha wong bekerja saja dibatasi. Pendapatan warung-warung di pinggir jalan tentunya berkurang drastis apalagi makanan yang sifatnya makanan substitute seperti bakso dan mie ayam
Dan puncaknya terjadi di bulan ramadhan, sudah tidak ada pelanggan, orang-orang berpuasa, buka warung saat malam pun orang biasanya sudah cukup kenyang dengan makanan di rumahnya masing-masing.
Mereka bukannya tidak memaksimalkan teknologi informasi, teman juga sudah mendaftarkan layanan pesan antar di masing-masing layanan ojek online sejak setahun terakhir, tapi memang pandemi ini benar-benar memukul seluruh aspek bisnis yang ada. Sedangkan uang kontrakan tidak bisa menunggu, sementara ia sudah diberhentikan dari pekerjaannya, mau mudik pun dilarang. Piye jal?
Lalu Bagaimana Seorang Penjual Bakso Bertahan di Tengah Pandemi?
Temanku berupaya memaksimalkan ikhtiarnya dengan berjualan sampai larut malam, sesekali berharap ada yang menggunakan layanan pesan online untuk membeli satu atau dua mangkuk baksonya. Tapi tentu saja sulit
Kami terlibat diskusi yang cukup panjang mengenai keberlangsungan bisnisnya ini. Kemudian aku sarankan untuk membuka kaki kedua. Prinsipku adalah jangan menaruh telur di keranjang yang sama. Prinsip yang sama dengan yang digaungkan para konsultan finansial guna menghadapi situasi krisis semacam ini.
Memulai bisnis kedua adalah hal sulit, apalagi jika bisnis pertama sudah settled, membuka front baru sama aja menambah masalah bukan? tapi memang harus dilakukan. Aku memintanya untuk melakukan switching, dengan membuat sesuatu yang berasal dari sumber yang g jauh dari apa yang ia jual saat ini, bakso.
Lu kan jualan bakso on site, ga kemana-mana
ya udah makanan lu aja yang dibikin bisa jalan-jalan
Mau bikin snack dari bakso goreng boleh,
yang penting prinsipnya, makanan itu bisa dikemas dan dikirim.
Meski nanti jangkauannya hanya di sekitar saja, karena keterbatasan durasi penyimpanan yang jelas gak akan setahan lama mie instan di lemari dapur. Kemudian ia berusaha membuat sesuatu dan ia memilih membuat tahu bakso.
Dia menawarkan tahu baksonya lewat jejaring whatsapp, baik akun wa miliknya atau milik istrinya, sesekali membuat post di instagram dengan mentag rekan-rekannya. Dari sana teman-temannya mulai tertarik untuk membeli, dan ternyata mereka ketagihan. Aku sendiri bisa maklum, temenku ini penjual bakso, jadi tahu banget gimana caranya bikin bakso yang enak, dan ini nilai plus yang gak dimiliki penjual tahu bakso lain yang mungkin udah lebih dulu ada di pasaran.
Akhirnya multiplier effect berlanjut, banyak dari pelanggan pertamanya yang berubah jadi resellernya, tak hanya tahu bakso, banyak pelanggan yang minta varian produk lainnya yang berasal dari daging bakso, sekarang kurang lebih ia harus membuat antara tujuh ratus hingga seribu buah perharinya disamping terus mempertahankan warung bakso andalannya. Kubilang, jangan dulu dilepas warung baksonya pokoke jalan aja dulu, ntar klo 4-6 bulan jualan baru lu udah settled lu boleh deh kurangi intensitas lu di warung.
Sekarang selain lewat sosial media, temenku juga mulai memberanikan diri membuka layanannya di marketplace online agar lebih banyak menjangkau pelanggan.
Belajar Memaksimalkan Teknologi Informasi dari Penjual Bakso di Tengah Pandemi
Pandemi covid adalah situasi yang luar biasa, di era modern mungkin ini merupakan salah satu pandemi terparah mengingat skalanya yang sangat besar. Mau tidak mau, suka dan tidak suka, kita semua terdampak. Namun bukan berarti kita harus diam pasrah menghadapi semua ini.
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghadapi pandemi kaitannya dengan bisnis kita
Pertama adalah lakukan switching, jika main bussiness kamu sama seperti temenku, cobalah untuk switch sedikit, bisa dengan cara pelayanannya, yang dari on site jadi mobile. Bisa dengan mengeksplorasi bahan yang sama, menjadi produk yang berbeda
Kedua jika bisnis pertama masih memungkinkan dijalankan, tetap jalankan. Memulai bisnis baru ga mudah, bisa saja kita malah babak belur disana, jadi jika sudah punya bisnis pertama, pertahankan dulu, klo bisnis kedua gagal, masih ada yang pertama, kita bisa coba lagi besok buat bikin bisnis ketiga. Setidaknya masih ada satu kaki menopang sebelum kaki yang lain menapak dengan mantap
Ketiga, gunakan teknologi informasi. Di era ini siapa yang memegang informasi dia yang menang, ini sudah dibuktikan oleh para penyedia layanan tiket dan ojek online. Meski mereka pun sama-sama terkena dampak namun mereka akan lebih mudah kembali ke tracknya setelah pandemi berakhir. Teknologi informasi juga berguna untuk memperluas jangkauan kita dari yang terbatas menjadi tidak terbatas
Apa Saja Layanan Teknologi Informasi yang Bisa Kita Maksimalkan di Masa Pandemi?
Social Media
Media sosial bisa menjadi salah satu layanan terdekat yang bisa kita gunakan untuk memaksimalkan outcome kita secara mudah dan murah. Kita bisa memulainya dari teman-teman terdekat. Membagikan apa yang kita jual di media sosial bisa menarik rekan-rekan yang mengenal kita secara personal.
Namun tidak hanya itu saja, media sosial juga merupakan kolam yang dapat menampung user tertarget dengan sangat baik, selama dimaintenance dengan benar. Hmm maksudnya gimana nih
Oke bayangkan jika kalian adalah seorang pemilik petshop yang menjual makanan kucing, lalu pecahkan masalah berikut
- Siapa target kalian?
- Dimana mereka berada?
- Bagaimana membuat mereka tertarik dengan produk kita?
Target kalian adalah orang yang memiliki ketertarikan dengan kucing, memiliki kucing atau penyayang binatang.
Sialnya, mereka ada dimana-mana, ada yang di Jakarta, di Medan, di Papua, bahkan di kamar kost sebelah. Tak mudah menjajakan satu persatu makanan PP dari Jakarta, Medan, Papua, balik lagi ke kamar sebelah
Produk kita sama seperti yang dijual oleh petshop tetangga, udah gitu banyak yang menyediakan produknya di internet, gratis ongkir pula.
Maka dengan sosial media kita bisa membuat sebuah kolam untuk mengumpulkan para penyayang binatang dari berbagai lokasi itu dalam satu kolam yang sama, sebuah grup facebook atau fanspage yang khusus hanya membahas tentang dunia kucing dan pets.
Kita bisa menemukan apa keinginan mereka, kebutuhan mereka, di sisi lain kita bisa menjadi teman berbagi sekaligus bisa memberikan solusi dengan produk-produk yang kita miliki
Channel Youtube
Sama seperti sosial media, channel youtube bisa kita gunakan untuk berbagi informasi mengenai bidang bisnis yang kita kerjakan, entah berjualan bakso atau makanan kucing, kita bisa membantu para pelanggan kita dengan mengedukasi mereka lebih baik.
Misal nih, gimana sih cara ngebedain bakso yang enak dan engga, yang baru dibikin atau udah lama disimpan. Tak masalah juga berbagi tips bikin masakan dari bahan baku produk kita
Marketplace
Dari namanya saja kita sudah bisa memahami, bahwa marketplace adalah tempat dimana kita bisa menjual barang secara online. Buatlah akun di marketplace, lebih banyak marketplace lebih baik. Umumnya seseorang menggunakan nama brand toko yang sama di masing-masing marketplace agar pelanggan mudah menemukannya.
Tapi seorang teman melakukan yang berbeda, sebaliknya ia menamai toko online di setiap marketplacenya berbeda-beda. Lha kok gitu?
Sekarang gini deh, kamu buka marketplace ijo, mau beli sambal bajak. Kamu liat di toko A harganya oke, tapi review disana sedikit, malah ada yang kasih bintang 1. Sementara di toko lain di marketplace itu, gak ada lagi yang jual.
Mau tidak mau, ganti ke marketplace orange, search by name, oh ada nih ternyata sambal bajaknya, harganya beda lebih mahalan dikit tapi review bagus, diliat nama tokonya beda ma yang di marketplace ijo
Secara psikologis dia akan melakukan pembelian di marketplace orange tersebut, karena meski lebih mahal dia ngerasa lebih aman belanja di merchant yang ada disana. Meskipun kita sama-sama tahu, yang ngirim ya orangnya itu-itu juga.
Website
Mengapa seseorang butuh website?
Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh beberapa rekan yang sudah memiliki usaha sampingan di internet seperti online shop. Umumnya mereka menggunakan dua channel marketing yakni social media seperti facebook dan instagram serta marketplace untuk melakukan transaksi jual beli. Toh kedua channel itu sudah lebih dari cukup untuk menjual produk?
Betul sekali, social media dan marketplace merupakan dua channel yang bisa kita gunakan untuk memperkenalkan dan menjual produk kita. Tetapi website memiliki karakter yang tidak bisa digantikan oleh kedua jenis channel tersebut
Apa saja itu?
Keunggulan Website
Bayangkan jika yang kalian jual adalah jasa, apa yang kalian tawarkan adalah sesuatu yang custom yang mungkin tidak akan bisa diadopsi oleh marketplace. Jasa boga misalnya, akan sulit untuk menjelaskan pada pelanggan keunggulan jasa kita jika mengandalkan platform marketplace.
Social media juga memiliki keterbatasan karena ia bisa dengan mudah dibuat, diduplikasi, serta tidak memiliki kategori khusus dalam postingannya, kalian tidak bisa mengkategorikan mana tips, mana portofolio.
Website menawarkan keunggulan yang belum tergantikan oleh channel digital lain
- Sebagai tempat representatif untuk memperkenalkan bisnis kalian. Orang akan lebih cenderung percaya jika brand kalian, usaha kalian dan jasa kalian memberikan alamat resmi. Selain harus mencantumkan alamat offline agar meningkatkan kepercayaan pembeli, alamat online dalam bentuk domain perlu dimiliki untuk memberikan rasa trust yang lebih tinggi
- Sebagai tempat menampilkan portofolio. Apa saja produk kita, varian apa saja yang ada, produk mana yang terbaik untuk kebutuhan pelanggan, produk-produk limited edition dan custom, bisa kita tampilkan disini
- Sebagai media publikasi dan edukasi pelanggan. Beberapa produk mungkin memerlukan tips how to use, best practice, how to modify, dan how to create. Ini, jelas tidak tertampung di marketplace. Social media bisa kita gunakan sebagai corong untuk menyebarkan, sedangkan youtube bisa digunakan untuk membuat tutorial. Di website kita bisa membuatnya jadi common knowledge untuk pelanggan
- Tempat klaim resmi pelanggan. Kita bisa menggunakan website untuk memberikan garansi purna jual, memberikan bantuan permasalahan trouble shooting dan lain-lain
- Tempat jual beli. Siapa bilang website tidak bisa kita gunakan sebagai tempat berjual beli? Jangan lupa beberapa marketplace besar sebagian juga berasal dari website biasa yang kemudian menambah fitur penjualan di website mereka.
Mempersiapkan Website Sebagai Penunjang Bisnis Online Saat Pandemi
Memiliki website tidak sama seperti memiliki channel social media atau marketplace. Memiliki website sama seperti memiliki identitas brand kita sendiri. Website menawarkan scalability yang tidak dimiliki marketplace dan social media. Jika kalian hanya ingin mendapat uang dari internet, berjualan via social media dan marketplace mungkin cukup.
Tapi jika kita ingin produk kita dikenal, brand kita bisa menembus pasar yang lebih luas dan menjadi produk yang diinginkan oleh para pelanggan. Website adalah solusinya.
So, Apa saja yang kita perlukan untuk mempersiapkan website bisnis online?
1 Domain
Domain itu apa? domain itu nama website yang kita pilih, secara garis besar domain juga menunjukkan nama brand, karakter, dan juga layanan apa yang kita miliki. Jika kita dengar detik.com, republika.com. kompas.com kita tahu itu website berita. Sementara jika kita mendengar tokopedia.com, shopee.com kita tahu itu sebuah marketplace, bagaimana jika produk kamu adalah tahu bakso? atau cheese cake?
Kita bisa memilih nama website yang kita inginkan sendiri, tapi sebaiknya dicek terlebih dahulu, siapa tahu nama domain tersebut sudah ada yang memakai. Untuk melakukannya kita bisa melakukan cek domain di halaman penyedia hosting.
2 Hosting
Jika domain berfungsi sebagai alamat agar orang bisa menemukan layanan kita, berfungsi sebagai nama branding, maka hosting adalah sebuah bangunan rumah/toko dimana kita menempatkan produk unggulan kita. Kita punya alamat toko tentu harus punya bangunan untuk menempatkan isi tokonya dong biar pembeli datang bisa langsung berbelanja. Oleh karenanya kita memerlukan hosting.
Banyak pilihan hosting murah yang bisa kalian temukan di internet. Cari yang memiliki track record bagus dan tim yang solid. Biasanya mereka memiliki staff khusus untuk marketing, billing, technical support dan lain sebagainya. Jadi jika nanti ada permasalahan kalian akan dibantu oleh orang yang benar-benar didedikasikan untuk membantu bidang permasalahan tersebut.
3 CMS
Jika domain adalah alamat, dan hosting adalah bangunan rumahnya. Content Management System adalah desain interior rumah kalian. Bagaimana kalian bisa menampilkan produk, bagaimana mengelola tampilan depan, menu, hal tersebut dikendalikan oleh CMS. Salah satu CMS yang cukup mudah digunakan adalah wordpress. Selain memiliki berbagai fitur dan senjata tambahan dalam bentuk plugin, wordpress juga mendukung penjualan langsung di website kita dengan bantuan plugin seperti WooCommerce.
Memiliki website akan memberikan keunggulan pada skalabilitas bisnis kita di internet, terlebih di masa pandemi ini, orang akan lebih mudah menemukan layanan kita meski dari rumah mereka jika kita sudah memiliki website sendiri. So, jika orang lebih mudah menemukan kita, tentu berpengaruh besar terhadap ketahanan bisnis kita.
website tetap jadi branding yang bisa diandalkan
makanya masih banyak penjual yang memanfaatkan website dalam menjual produknya
meski sekarang mulai tergerus oleh marketplace tetapi tidak menjadikan website ditinggalkan
iya mas, kadang di marketplace terlalu sadis juga beda 500 rupiah orang gak jadi beli
kelak kalau sudah nyaman menggunakan teknologi informasi para penjual baso sudah males melayani pembeli yang makan di tempat setelah situasi kembali normal mas, hehe
mungkin gitu mas, biar lebih mudah arus pembelian tapi kadang yo tetep ada aja orang pengen sekalian nongkrong hehe