Menjadi seorang womenpreneur Indonesia adalah keinginan sejak kecil. Terlahir dalam keluarga yang dekat dengan berbagai bisnis, tidak membuat Liz berpangku tangan dan hanya sekedar meneruskan bisnis keluarga.
Ya, Elizabeth Setiaatmadja adalah putri dari Jahja Setiaatmadja yang merupakan CEO dari sebuah bank swasta terbesar di Indonesia. Tentunya banyak dari kita yang sering berpikir ah namanya juga anak bos, gagal, dibayarin, gagal dibayarin, begitu sukses, bilang sukses itu butuh kerja keras.
Liz Setiaatmadja Mendobrak Stigma Anak Bos
Liz, panggilan Elizabeth tidak ingin jika ia nantinya hanya dikenal sebagai penerus bisnis warisan keluarga. Karena dalam keluarganya sendiri, Liz dididik untuk berwirausaha, dan tentunya, ia berusaha meniti karir di luar bisnis keluarganya.
Sejak kecil jiwa dagang Elizabeth sudah terlihat, mulai dari berjualan kartu natal, kalung, label nama saat SD hingga berjualan kartu telepon saat berkuliah di Australia. Setelah lulus, Liz memutuskan untuk bekerja di perusahaan lain, bukan di perusahaan orang tuanya.
Ia memutuskan bekerja di salah satu konsultan keuangan dimana ia sendiri dipercaya oleh kompetitor perusahaan orangtuanya, setelah menikah Liz memutuskan untuk membuat production house bersama suaminya yaitu Chronicles Production.
Di sisi lain, ia juga terus membuka bisnis lain, mulai dari kuliner hingga kesehatan, tidak kurang selama karirnya, Liz pernah memiliki 30an lini bisnis.
Bagaimana Mengubah Musibah Menjadi Peluang
Saat pandemi melanda Indonesia, menjadi titik balik Liz dalam upaya memberdayakan UMKM, melihat berbagai industri yang lumpuh akibat pembatasan aktivitas dan PHK, membuat Liz memiliki ide untuk membuat berbagai terobosan. Salah satunya adalah dengan menyediakan APD untuk kebutuhan dokter dan tenaga medis mellaui Gerakan Peduli Medis.
Liz merekrut temannya yang juga seorang pengusaha garmen untuk memproduksi hingga hampir 400 ribu unit APD, tak hanya itu, harga APD buatan Liz ditawarkan dengan harga 55 ribu rupiah saja, ini tentu sangat membantu tenaga medis karena baju APD di awal pandemi minimal berharga 250 ribu dengan jumlah terbatas dan hanya dapat digunakan selama beberapa jam saja.
Tak pelak, upaya Liz memproduksi APD ini akhirnya dapat menyelamatkan usaha garmen temannya, dan kemudian bisa diteruskan ke pengusaha lain yang kemudian bergabung untuk memproduksi APD.
Selain itu, Liz juga menyediakan masker antivirus Caremax dan penjernih udara Aviar, menariknya, penjernih udara ini sebenarnya adalah produk yang tidak laku saat itu. Namun di tangan Liz, produk itu menjadi laris manis mengingat kebutuhan masyarakat akan udara bersih dan sehat.
Kemampuan perempuan multitalenta ini tentunya tidak terlepas dari kemampuannya berkomunikasi, terbiasa membangun relasi dengan berbagai pihak membuatnya sering diminta untuk mengisi berbagai seminar, Liz sendiri kemudian berusaha memperkaya diri sebagai pakar komunikasi atau networking expert dengan mengambil sertifikasi di bidang komunikasi.
Aktif dalam Kegiatan Sosial
Dalam kesehariannya, Liz banyak terlibat dalam kegiatan sosial, terbiasa dengan pelayanan jemaat di tempat ibadah, ia kemudian berupaya untuk bisa memberikan manfaat lebih pada masyarakat luas.
Salah satunya adalah kepeduliannya terhadap Suku Anak Dalam di Jambi, suku yang terbiasa hidup nomaden ini saat ini telah memiliki rumah singgah dan tanah yang bisa mereka tinggali. Meski demikian, memang tidak mudah mengubah budaya nomaden suku tradisional ini, pun begitu Liz tetap mengupayakan memberikan bantuan sosial untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat suku Anak Dalam.
Di saat pemerintah masih maju mundur memanfaatkan sorgum sebagai pengganti gandum, Liz justru sudah membuat cemilan sehat untuk kebutuhan penderita diabetes dan autism. Tentunya butuh lebih dari sekedar kejelian untuk memanfaatkan peluang namun juga keberanian untuk mengeksekusi peluang yang ada.
Di tengah kesibukannya, Liz masih menyempatkan diri untuk mengadmini sendiri toko online miliknya di salah satu marketplace terbesar di Indonesia, menurutnya banyak konsumennya yang sering curhat dan menjadi kawan baiknya. Dari mendengarkan inilah Liz juga sering mendapatkan gambaran secara nyata apa sebenarnya masalah yang dihadapi oleh para konsumennya.
Menurut Elizabeth Setiaatmadja, sebagai womenpreneur saat ini ia lebih tertarik dengan isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat, karena baginya, dari permasalahan sosial itu kita bisa mendapatkan berbagai peluang bisnis, semakin bisnis kita memberikan manfaat pada masyarakat, tentu Tuhan tidak akan membiarkan kita gak dapet apa-apa. So, jangan takut untuk berbisnis dan juga berbagi.