Faith

Faith…

Konon, iman bukanlah sesuatu yang bisa diperjualbelikan dan diwariskan pada anak cucu, iman adalah sesuatu yang tumbuh dari tunas di tiap2 hati manusia. Bicara iman berarti bicara tentang keTuhanan dan keyakinan kita tentang adanya Ia pencipta alam semesta.

Ya, Tuhan adalah pencipta alam semesta, meskipun sisanya adalah made in China tapi kita mengakui keEsaan Tuhan, apa yang ada di langit dan dibumi, serta yang ada di alam pikiran dan fantasi kita, semuanya berada dalam genggaman Tuhan.

Sehebat apapun imajinasi kita melangkah, kehebatan Tuhan selalu lebih luas daripada itu, karena kita adalah makhluknya, coba kalau dulu Tuhan menciptakan kloningan diriNya sendiri, wah gak kebayang mumetnya jadi Tuhan, udah umatNya kagak bisa di atur masih harus mikirin kehendak kloninganNya, ya gak lucu kalau Tuhannya banyak yang satu pengen matahari terbit dari timur, yang satu pengen dari barat, eh yang satu lagi pengen dari kutub utara.

Fine lupakan pekerjaan Tuhan dan kerumitannya yang tidak akan mampu kita pahami, dulu aku pernah berfikir, aku hanya akan percaya pada Tuhan dan beriman padaNya jika dan hanya jika aku sudah menemukan jawaban dari setiap ayat di QalamNya, sayangnya boro2 cari tafsirnya, baca aja kagak pernah 😀 dan aku ogah2an tuh ngejalanin perintahNya sampai sering berantem sama ortu.

Ada hal yang menggangguku tentang life guarante kita sebagai umat manusia, ya manusia bakalan turun ke bumi, beranak pinak mati, trus dicelupin ke neraka dan berakhir bahagia di surga. Oke anggaplah manusia turun ke bumi sama seperti petuah orang tua kita, urip kuwi mung mampir nglambe ngombe, hidup itu hanya sekedar mampir minum, sisanya perjalanan masih jauh.

But, bagaimana seseorang bisa dikatakan baik/ buruk jika ia hanya dinilai ketika mampir ngombe saja? sementara bisa aja selama perjalanan dia kebut2an, trek trek an, ugal2an dan menyebabkan kecelakaan? Ha bener2 imajinasi yang kucluk, wong mati kok ameh balapan motor 😀

Dan yang lebih membingungkan lagi adalah konsep abadi. Ya abadi, immortal, eternal secara sekilas hidup abadi itu enak, liat tuh vampir, setan dan kawan2 bisa berfoya2 sepanjang hidupnya, dibunuh pake cara apa aja kagak mati2 juga. Tapi dipikir2 nih, jika misalnya nih kita besok udah lulus cum laude dari neraka, *sengaja skip fase penuh derita* karena dosa2 kita udah dibersihkan selama jutaan tahun di neraka, trus kita mau ke surga, kira2 mau sampai kapan gan???

Abadi artinya tidak memiliki batas sama seperti sebuah bilangan dibagi dengan nol, berapa jumlahnya? gw yakin kalkulator paling canggih pada millenium selanjutnya sekalipun bakalan error jika ditanyai pertanyaan ini.

Nah ibarat kata kita sudah trilyunan tahun di surga, sudah mencoba berbagai macam wahana permainan di surga, kira2 bosen enggak? klo bosen trus kita ngapain?? apa akan ada fase perulangan dimana akhirnya semua fase kehidupan di alam semesta direstart? bukan hanya karena ada armagedon yang menandai kehancuran semua yang hidup tapi armagedon beneran yang mereset semua yang hidup dan yang pernah hidup 🙂

Susah kan jawabnya???

Gak ada peramal, scientist bahkan ulama yang tahu jawabannya, yang tahu hanya Dia dan hanya Dia. Sampai disini aku kemudian mencoba berpikir logis, jika aku ingin tahu jawabannya maka aku harus bertemu Dia, itu berarti aku harus mati duluan, dan jika aku mati duluan maka sudah percuma jika aku baru beriman.

Aku teringat sebuah cerita pengandaian tentang seorang bayi dan orang kafir yang mempertanyakan takdir pada Tuhan,

“Ya Allah mengapa engkau membunuhku selagi bayi?”

“karena aku tahu jika engkau dewasa engkau akan menjadi kafir, dan itu lebih baik bagimu”

kemudian datanglah seorang kafir

“ya Allah jika Engkau tahu aku akan menjadi kafir, mengapa tidak kau bunuh aku selagi bayi”

Dan tidak ada jawaban bagi si kafir

——–

Konon itu yang ditanyakan imam Syafi’i pada gurunya dan gurunya terdiam dan tidak bisa menjawab, hingga muncullah mahzab Syafi’i terlepas apakah ini ada hubungannya dengan mahzab tersebut tapi ternyata ibuku punya jawabannya

“Hai orang kafir, sesungguhnya Tuhanmu telah memberimu kesehatan, akal, fikiran dan waktu, agar kamu kembali pada Tuhanmu, mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya, sedangkan kamu ingkar”

Faith gadis jilbab manis

Disini aku sadar, bukan masalah apakah aku mau menemukan jawaban pertanyaan2ku atau tidak, karena ilmu Tuhan tak akan pernah habis dipelajari sepanjang masa, sedangkan waktuku mungkin hanya beberapa puluh tahun. Yang terpenting adalah aku belajar dulu beriman, masalah jawaban demi jawaban pertanyaanku nanti terjawab di dunia itu adalah bonus, sisanya biar nanti Tuhan yang tunjukkan di akhirat.

Sama seperti orang yang beribadah, dulu waktu kecil kita sholat karena takut pada kemarahan orang tua, kita puasa karena ingin mendapat imbalan dari orang tua, waktu itu kita sebatas terpaksa melakukannya, tapi seiring waktu kita belajar ikhlas menjalaninya, ada yang puasanya masih dibayarin sama orang tuanya anyone?

Ya, soal faith, iman, takdir, ikhlas itu nanti dulu, yang penting kerjakan dulu perintah2Nya, jauhi larangan2Nya, mungkin di awalnya kita melakukannya karena terpaksa, kita melakukannya karena riya, ujub, pamer, takut pada orang tua, tapi dengan kita membiasakan diri melakukannya maka lambat laun pembiasaan itu yang akan menghilangkan sifat2 buruk kita, sebagai gantinya semua berubah bukan hanya menjadi keterpaksaan, bukan sekedar menjadi kewajiban tapi juga kebutuhan dalam hidup kita, kita sholat karena kita butuh curhat padaNya, puasa karena ingin berempati pada saudara2 kita, bersedekah karena kita ingin mencari ridhoNya.

gambar dari kabupatenwonogiri.com

6 pemikiran pada “Faith”

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini