Jika kalian bertandang ke Jogja, tentunya kalian tak ingin melewatkan kesempatan untuk menikmati sajian citarasa kuliner yang khas dan sebuah pengalaman berbeda selama berada di kota pelajar. Sebuah resto yang memiliki konsep unik akan cocok menjadi tujuan kalian, dan resto tersebut bernama Gadjah Wong Garden Restaurant.
Dalam bahasa jawa, Gadjah Wong berarti Gajah dan Orang, nama restoran ini sendiri diambil dari nama aliran sungai yang tepat berada di sisinya. Berlokasi di jalan Affandi, bersisian dengan aliran sungai Gadjah Wong, restoran ini sudah berdiri sebelum masa reformasi.
Arsitektur restoran Gadjah Wong sendiri terbilang unik, karena memadukan unsur bangunan ala Jawa, Bali dan Eropa, terlebih berada di pinggiran kali yang memiliki kontur tanah tidak rata, justru memberikan keunikan pada arsitektur bangunan ini.
Ada dua pintu masuk yang berada di bagian barat di Jalan Affandi dan di bagian timur, dari pintu barat, ada tiga arah yaitu ke sebelah utara menuju ruang yang berisi gazebo, sebelah selatan, berupa lorong yang dulunya difungsikan sebagai tempat para tour leader menunggu tamu dan tangga setapak menuruni tebing dalam balutan lorong bergaya eropa. Di sebelah utara terdapat ruang kura-kura yang beraksitektur dominan jawa, sementara di bagian sisi timur, terdapat ruang bebek dengan gaya modern untuk anak-anak muda.
Aku diarahkan menuruni tangga dan menuju ke ruang Gajah, yang berada tepat di depan dapur chef serta menghadap aliran sungai Gadjah Wong. Ruang Gajah sendiri, memiliki bentuk Joglo dengan serambi berbentuk terasering ala Bali, sementara dinding-dinding di sekitarnya menampilkan arsitek ala eropa, aku hampir saja berfikir bahwa bangunan ini dulunya adalah bangunan heritage yang ditinggali oleh seorang residen Belanda, ternyata tidak, bangunan Gadjah Wong sendiri mulai dibangun tahun 1997.
Pilihan makan di ruang Gajah sendiri punya manfaat lain lho, karena tepat berada di depan dapur, kami pun sempat dijumpai oleh chef sekaligus owner dari Gadjah Wong Resto, ibu Yani. Dari bu Yani sendiri kami dapat banyak cerita soal Gadjah Wong ini.
Keunikan Gadjah Wong Resto
Masakan Tiga Negara
Gadjah Wong Garden Restaurant menyajikan menu masakan dari tiga i. Indonesia, India dan Italia, penasaran kenapa harus memilih tiga bangsa ini? pemilihan sajian India menurut bu Yani, karena di Jogja sendiri banyak keturunan India yang memiliki usaha jasa perdagangan tekstil namun di tahun 90an, belum ada restoran yang menyajikan masakan negeri selatan Asia ini.
Demikian juga untuk masakan Italia, Jogja merupakan destinasi masyarakat eropa ke 2 di Indonesia, setelah Bali, oleh karenanya pemilihan masakan Italia di masa itu guna memberikan rasa nyaman dan merasa ada di rumah sendiri bagi para pelancong saat bertandang ke Jogja.
Menu Indonesia sendiri merupakan menu tuan rumah, jangan sampai keberadaan Gadjah Wong Resto hanya untuk melayani turis dan wisatawan tetapi juga masyarakat Indonesia sendiri, maka tak heran tiga varian masakan ini masih tetap dipertahankan hingga saat ini. Selain berasal dari tiga kawasan tersebut, Gadjah Wong juga menyediakan menu ala Meksiko, yang disajikan untuk lunch.
Nah ini salah satu keunikan Gajah Wong resto, resto ini memiliki dua pilihan menu yang ditawarkan yakni menu lunch dan dinner. Untuk menu lunch kita bisa memilih antara Mexican atau Indonesian food, sementara untuk dinner melayani Indonesian, Italian dan Indian food. Gajah Wong sendiri sebelumnya lebih dikenal sebagai dinning resto, hanya melayani pengunjung saat malam hari, namun saat ini Gajah Wong menyediakan menu lunch juga karena buka lebih awal.
Jam buka restonya sendiri mulai dari jam 12 siang hingga jam 9 malam, untuk lunch dilayani sejak jam 12 siang hingga 5 sore, setelah itu giliran menu dinner yang bisa kita nikmati di Gadjah Wong. Pilihan menu di Gadjah Wong terbilang lengkap, mulai dari appetizer, soup, main course dan dessert, untuk beveragesnya pun bisa kita pilih dari berbagai pilihan yang ada.
Semua Diolah Manual Dengan Cinta
Berbeda dengan resto lain, Gadjah Wong memiliki konsep manual dalam proses pengolahan makanannya, lho bukankah sekarang sudah ada yang instant? ternyata itulah salah satu keunikan Gadjah Wong yang masih lestari hingga saat ini.
Misal untuk mashed potatoes, Gadjah Wong terlibat sendiri dalam pemilihan kentang, penumbukan hingga penyajiannya, beberapa bahan masakan diambil langsung dari para petani dan peternak yang berada di kawasan Kaliurang serta Klaten. Sementara untuk tanaman bumbu diambil sendiri dari kebun Bu Yani di rumah.
Mengapa memilih bahan yang alami dan ditanam sendiri? Menurut Bu Yani, karena kita ikut turut dalam proses mempersiapkan bahan, kita tahu mana yang baik dan yang kurang baik, tanaman yang terawat dengan penuh kasih sayang, akan memberikan hasil sesuai yang kita harapkan. Tak sekedar untuk tanaman bumbu, hal ini juga diterapkan Bu Yani dalam memelihara tanaman yang tumbuh di lingkungan Gajah Wong.
Menu Makan Tak Sekedar Enak dan Unik, Tapi…
Makan sendiri untuk bu Yani bukan hanya untuk sekedar mengenyangkan perut, tetapi juga memberikan nutrisi untuk tubuh. Oleh karenanya masakan yang ada di Gadjah Wong sendiri sudah melewati penilaian takaran untuk kebutuhan tubuh kita. Ini berpengaruh pada ingredients yang digunakan untuk menciptakan sebuah masakan, tak sekedar enak, mewah, unik tetapi juga memang dibutuhkan dalam jumlah pas untuk tubuh kita.
Kalau bicara soal menu ada apa aja sih?
Appetizer ala Dengan Romantisme Masa Lalu
Untuk appetizer kemarin kami menikmati beef bitterballen dan samosa. Bitterballen dikenal juga dengan sebutan dutch meatball karena punya sejarah dengan keberadaan Belanda di indonesia, makanan ini dulunya banyak dinikmati orang Netherland di Indonesia sebagai camilan untuk menerima tamu, adalah panganan berbentuk bola bulat berisi daging giling dengan dilapisi tepung panir. Untuk daging gilingnya di Gadjah Wong menggunakan daging yang dicincang manual sampai halus untuk menikmatinya bisa dengan dicocol ke mustard.
Appetizer kedua yaitu Samosa, makanan yang berasal dari India ini punya rasa yang gak kalah nikmat. Isinya daging, kacang polong, wortel dan kentang. Samosa ini dibumbui pake acar yoghurt dan fresh mint chutney. Buat dua appetizer ini, aku lebih suka sama samosa nya, mungkin karena pengalaman rasanya yang lebih kaya dibanding bitterballen disetiap gigitan, ditambah faktor mint chutney nya yang lumayan strong juga. Kedua makanan ini emang cocok banget jadi menu appetizer, karena bener-bener menggugah selera buat menikmati hidangan berikutnya.
Kehangatan Soup Tom Yam Gajah Wong
Setelah appetizer, ada menu soup yang disajikan, ada pilihan Tom Yam Gong with Shrimps, Creamy Tomato with Bassicilium and Frend Bread serta Mullygatawany with Ientil, menu terakhir ini sup dari India juga, berbahan seperti adonan kacang hijau di isi bakpia, tapi ini menggunakan kacang yang asli dari India, aku sendiri lebih milih mencicipi Tom Yamnya.
Nah buat sup tom yam Gadjah Wong Resto ini paling enak dinikmati slow motion sambil santuy disaat masih panas, isinya udang, jamur shitake, jagung muda, serta tambahan beberapa potong batang sereh, rasanya seger dan hangat, yang pasti seperti kubilang, jangan buru-buru makan sup ini, selow aja.
Kombinasi Serasi untuk Main Course
Untuk main course, aku pilih Home smoked Spring Chicken, menu satu ini, ayamnya gede bok, dapet paha atas, dada + sayap, gimana gak juara coba. Dalam plate sudah ditemani dengan saus BBQ, brokoli, beans dan wortel serta nanas, sebagai pengganti nasi, disediain mashed potatoes yang ditumbuk manual di dapur Gadjah Wong Garden Restaurant.
Untuk makan menu ini, paling enak makan suwiran ayam + nanas, tambahin mashed potatoes baru dicocol ke saus BBQnya, di Indonesia menu makan bareng nanas itu agak aneh ya karena nanas biasa dimakan terpisah, tapi klo di Thailand atau negara lain, nanas ini kayak semacam penawar buat rasa yang dihasilkan oleh daging, sebenernya hampir sama klo kita biasa meres jeruk nipis buat dicampur kuah soto. Dan meski berapa kali makan menu daging pake nanas, rasa yang paling melting n pas itu ya saat menikmati Spring Chicken nya Gajah Wong ini.
The Signature Dessert
Sebagai makanan penutup, ada pilihan tiramisu dan juga es krim, namun kedua menu ini justru bukan menu sembarangan. Menu tiramisu Gadjah Wong menurut bu Yani, pernah mendapat apresiasi dari salah seorang pengunjung yang ternyata koki ternama dari Italia. Menurut koki ini, tiramisu Gadjah Wong merupakan satu-satunya tiramisu unik yang pernah ia jumpai dalam perjalanannya sebagai seorang chef.
Ya, berbeda dengan tiramisu lain yang umumnya menambahkan potongan crackers di tengahnya, tiramisu Gadjah Wong tidak menambahkan crackers di tengah, sehingga rasanya lebih lembut dan menyatu di lidah. Menu ini merupakan signature dishes dari Gadjah Wong resto sendiri.
Menu kedua adalah es krim. Yang unik es krim ini dibuat dari kayu manis dan juga jahe. Ada dua jahe yang digunakan yakni jahe emprit dan jahe gajah, jahe gajahnya sendiri berupa potongan kecil yang menambah keunikan es krim ini. Sensasinya dingin di mulut namun hangat di perut, sementara rasa cinnamonnya begitu mempesona, bikin pengen menyendokkan es krim ini lagi dan lagi.
Malam itu kami akhiri dengan perut kenyang dan perasaan senang, tak hanya menu, kami juga mendapatkan banyak kisah seru dari Restoran Gadjah Wong ini.
Gadjah Wong Garden Restaurant
Alamat: Jl. Affandi No.79D, Soropadan, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Telepon: (0274) 588294