Hidup tetap tak semudah cocote…
Masih seputar iklan layanan maksiat hidup tak semudah cocote Mario Teguh, rupanya telah membuat MT cukup terganggu, setidaknya itulah yang aku tangkap dari bagaimana MT akhirnya memutuskan untuk melakukan semacam counter attack terhadap iklan layanan tersebut.
Sebetulnya aku melihatnya lebih sebagai white campaign Mario Teguh untuk memulihkan image dirinya, dengan membuat postingan dengan judul yang lebih manusiawi, hidup tak semudah kata-kata Mario Teguh, yang dipostingkannya di wall facebook dan kemudian dicopy ulang oleh para penggemarnya di seantero negeri.
Iseng2 aku berusaha googling dengan keyword “hidup tak semudah“, “hidup tak semudah cocote” “hidup tak semudah cocote mario teguh” dan “hidup tak semudah mario teguh” tulisanku masih ada di pejwan kadang kejar2an dengan tulisane kang bimo, beberapa malah jadi yang nangkring di posisi teratas.
Wokeh kembali ke laptop, meskipun MT orang Makasar namun pernah mengeyam pendidikan di Malang tentu MT sadar betul apa itu “cocot“. Dalam bahasa jawa, cocot adalah ungkapan paling kasar untuk menyebut kata mulut, “nyocot” – berbicara, mungkin faktor itulah yang mendasari MT untuk menuliskan antitesis dari hidup tak semudah cocote itu.
Di satu sisi, saya mengapresiasi bagaimana MT melakukan counter attack, adalah dengan sebuah tulisan yang mengajak orang lain berfikir, atau bagi sebagian orang tetep saja menceramahi, bukan dengan mental semacam SBY Corp yang dikit2 lapor polisi, lapor KPK, lapor bapakne
Selain melakukan counter attack dalam tulisannya tidak lupa dalam acaranya beberapa kali terlihat emosinya ketika berceramah, terutama pada bagian “mengingatkan” seolah bilang “inget lo gak sesukses gw” juga menggalang dukungan dari penggemarnya dengan acara fun chalenge misalnya nih yang masuk ke wall ku
Hidup memang tetap tak semudah cocote..
Well, saya rasa sah sah saja untuk MT melakukan semua itu, bagaimanapun dia dan penggemarnya berhak melakukan counter attack dari iklan layanan maksiat tersebut. Tapi ada juga catatan yang enggak banget waktu MT membuat iklan layanan maksiat tandingan.
Yaitu ketika MT menceritakan Mario muda yang kemudian dinasehati kira2 begini bunyinya “kalau engkau sedemikian benar, mengapa hidupmu masih saja susah?”. Dengan analogi yang disampaikan MT dalam postingannya tentu bisa jadi menggiring persepsi orang untuk setuju dengannya, tapi saya enggak sepenuhnya setuju dengan kata2 itu.
Jadi analogi yang disampaikan dalam cerita itu menurut saya sangat prematur, malah terlihat adanya emosi untuk mempersalahkan orang2 yang menghinanya. Lo merasa bener, tapi buktinya lo lebih susah dari gw, itu persepsi yang saya tangkap dari tulisan Mario Teguh.
Kesimpulannya?
Semua orang punya persepsi dan cara pandang pribadi terhadap suatu persoalan, black campaign tentang cocote Mario Teguh sudah dihadapi dengan cara yang seelegan mungkin yang terpikirkan oleh seorang Mario Teguh, tentu saja, sebagai manusia biasa, faktor emosi yang muncul dalam tulisan pembelaannya dapat dimaklumi.
Mari kita belajar bersama bahwa hidup ini memang tak semudah cocote mario teguh dan kita2 semua, mari berkarya agar tidak dibilang mung modal cocot, wes jyan bar nyocot dowo ngene ncen marake kencot