Potensi wisata di Indonesia seolah tiada habisnya, jika hari ini kita menuju destinasi wisata baru, besok akan muncul destinasi-destinasi wisata baru diseputar kita yang tidak kalah cantiknya. Yang menarik, sebagian dari destinasi wisata tersebut berbasis kemasyarakatan. Kesadaran masyarakat terhadap potensi daerahnya yang memiliki keindahan alam membuat masyarakat mulai bergandengan tangan dan bergerak mewujudkan sesuatu yang di era sebelumnya jarang sekali terdengar, wisata berbasis masyarakat.
Jika dahulu, pantai dianggap sebagai salah satu destinasi wisata alam, maka saat ini banyak sekali model destinasi wisata yang berbasis minat khusus, mulai dari wisata religi, edukasi, keluarga dan masih banyak lagi. Di Jogja, para pengelola wisata tidak lagi mengandalkan alam saja tapi juga mulai mencampurkannya dengan sentuhan seni dan kreativitas.
Misalnya Gunung Api Purba Nglanggeran, dahulunya, para pemuda karang taruna di desa Nglanggeran mencari cara untuk dapat membiayai kegiatan karang taruna tanpa membebani warga desa, mereka kemudian melakukan konservasi lereng gunung dengan tanaman produktif seperti kakao, mangga, rambutan, kolonjono dan sebagainya, tahun 2006 mulai ada pendaki yang tertarik untuk mendaki gunung. Dari sana kemudian karang taruna berinisiatif untuk mengelola situs gunung berapi purba, hingga kemudian dibentuklah Pokdarwis (kelompok sadar wisata) gunung api purba Nglanggeran yang mengelola sekitar 48 hektar tanah konservasi gunung berapi purba. Setelah ramai pemberitaan bahwa Nglanggeran dulunya adalah gunung berapi purba, maka banyak wisatawan yang mulai datang kesana. Kemudian, masyarakat setempat mulai menyiapkan akomodasi untuk pengunjung, mulai dari berjualan makanan ringan, membuka warung, homestay dan lain sebagainya.

Menariknya, di situs gunung berapi purba ini, dibagian bawah digunakan sebagai sarana taman edukasi, disana dibuat berbagai macam relief mengenai kehidupan purba, mulai dari tempat tinggal manusia gua, perkakas jaman batu, tulang, telur dan fosil dinosaurus, sedikit ke atas disediakan lahan untuk camping yang sering digunakan oleh siswa-siswa sekolah di DIY untuk mengadakan kegiatan berkemah.
Sementara itu, di sebelah barat kota Jogja, sekitar 20 kilometer dari pusat kota, kelompok masyarakat disana mengembangkan desa wisata, Desa Wisata Malangan tepatnya, Desa Wisata Malangan terletak di wilayah Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.
Masyarakat desa Malangan terkenal sebagai penghasil kerajinan anyaman bambu, tidak main-main lho, hampir seratus persen karya kreatifitas mereka dijual untuk market ekspor. Peminatnya mulai negara Asia seperti Jepang, Cina, Amerika dan juga negara-negara Eropa. Masyarakat desa kemudian berusaha mengelola potensi ini tidak hanya sekedar sebagai sentra kerajinan saja, tetapi juga mengubah desanya menjadi desa wisata minat khusus.

Pengunjung dapat menikmati suasana alam ala pedesaan, menyusuri sawah dengan sepeda onthel, memanen ikan, mengunjungi tempat pembuatan keris dan juga ikut belajar cara membuat kerajinan anyaman bambu. Warga masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan desa wisata Malangan, warga menyewakan kamar di rumah mereka agar dapat ditempati wisatawan yang datang dan bermalam di desa, belajar menyelami dan berbaur dengan tradisi desa Malangan.

Lain lagi dengan Dewi Peri, akronim dari Desa Wisata Pentingsari, dusun yang terletak di Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan ini berada di lereng Gunung Merapi. Berada di lereng Merapi dengan kondisi udara segar dan dingin ini membuat pemuda desa ini berinisiatif untuk menawarkan paket liburan yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh masyarakat pada umumnya di sekitar Kaliurang. Jika disepanjang Kaliurang berdiri losmen dan villa, Dewi Peri mencoba menawarkan desa wisata, para pengunjung dapat belajar membuat wayang suket (ilalang) menyusuri sungai, belajar gamelan, mengolah kopi robusta serta menginap di rumah-rumah warga.

Selain menyiapkan rumah warga untuk menginap wisatawan, desa ini juga memiliki fasilitas outbond yang cukup luas di sebelah selatan desa. Lokasi outbond ini kerap dijadikan tempat kemah pramuka di wilayah Sleman, maupun camp dari para pelajar dari berbagai kota di pulau Jawa. Untuk mengelola wisata Dewi Peri ini, masyarakat bahu membahu dalam melakukan pengelolaan kawasan wisata, mulai dari pemasangan berbagai papan petunjuk jalan, dan yang tidak kalah penting adalah kebersihan desa.
Dari ketiga contoh destinasi wisata di atas, masyarakat sebenarnya dapat memiliki peranan yang cukup besar dalam pembentukan destinasi wisata baru yang tidak selalu mengandalkan alam, masyarakat ketiga desa membuktikan bahwa selain alam, masih banyak hal yang dapat digali dan dijadikan potensi wisata, karena pada akhirnya kelak, Wonderful Indonesia tidak lagi dikenal hanya dari keindahan alamnya, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu bergerak dan menawarkan potensi-potensi lokal kepada para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kamu punya cerita menarik soal Wisata di Indonesia? Yuk berbagi di blogmu dan dapatkan kesempatan memenangkan hadiah total 5 juta rupiah, mau tahu ketentuannya? boleh disimak nggih
Info lebih lanjut bisa klik ke link: https://goo.gl/forms/RJuGs5pjTXEj5ZpD3