Napak Tilas Media Bersama Sari Husada

Hari Kamis tanggal 5 April 2018 jam 7 pagi, aku sudah berada di Lavender Lounge, Sahid Rich Hotel Jogja, bareng Agi, Mbak Lusi, Mbak Dian serta rekan-rekan dari media lokal Jogja bersiap-siap untuk mengikuti salah satu event yang digelar oleh Sari Husada. Event ini mengambil tema Napak Tilas Media, selama dua hari, kami akan diajak berkeliling untuk melihat proses produksi susu di pabrik Sari Husada di Kemudo, Klaten dan menyambangi lokasi CSR Sari Husada yang terletak di Klaten, Jawa Tengah dan Jogja. Rombongan kami diangkut menggunakan 3 unit Elf, satu unit elf berada di Bandara Adisucipto untuk membawa rekan-rekan media dari Jakarta, sementara media Jogja menggunakan dua unit elf dan berkumpul di Sahid Rich Jogja.

Hari Pertama Napak Tilas Media

Sesampainya di Pabrik Sari Husada kami dipandu mbak Anna untuk berkeliling Pabrik Sari Husada menggunakan armada. Selanjutnya kami disambut oleh Bapak Joko Yulianto, selaku Factory Manager Plant Prambanan, ibu Endah Prasetioningtias selaku Public Affairs & Internal Communication Manager serta beberapa staf terkait. Dalam acara yang berlangsung santai baik Pak Joko maupun Bu Endah memaparkan sejarah Sari Husada, fasilitas dan peraturan yang ada di pabrik tersebut.

Meninjau Proses Produksi Susu SGM

Kami berkesempatan untuk melihat sendiri proses produksi susu SGM, di sini terdapat beberapa instalasi terkait produksi, seperti area produksi, warehouse, laboratorium, serta waste and water facility. Di pabrik Klaten ini, proses yang ada adalah produksi susu kering siap edar. Mengingat produk susu di Sari Husada banyak yang ditujukan untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak, maka prosedur disana terbilang cukup ketat. Pengunjung wajib menggunakan rompi identitas serta bersepatu tertutup. Pengunjung dilarang membawa makanan dari luar, terutama yang mengandung kacang. Kacang memiliki kandungan yang dapat mengkontaminasi susu anak, dan dapat menimbulkan alergi. Kebayang kan jika suatu ketika ada kasus alergi terhadap susu, dapat membuat produk susu tersebut ditarik dari peredaran, padahal penyebabnya hanya karena seorang pengunjung asik makan kacang selama kunjungan. Duh.

Pengunjung yang sedang batuk atau sedang diare juga dilarang masuk ke dalam area produksi. Ini juga untuk menjamin tidak ada kontaminasi yang dibawa pengunjung dari luar. Pengunjung hanya diperkenankan masuk ke area pengunjung di luar area produksi maupun di atas area produksi. Di area produksi kami diajak melihat proses pengemasan susu SGM yang sudah menggunakan teknologi canggih, yang kami lihat waktu itu mulai dari pemasukan susu ke dalam bungkus alumunium foil, pengepakan di dus, serta ditumpuk dalam kardus. Semua menggunakan teknologi terbaru dan otomatis, selain itu, terdapat juga fasilitas scanning menggunakan X-Ray. Dengan scanning X-Ray ini, setiap isi bungkus susu SGM dijamin tidak memiliki kandungan apapun selain susu.

produksi susu sgm
keterlibatan manusia di pabrik susu SGM sangat sedikit di area produksi (dok SariHusada)

Selepas produk dimasukan kedalam kardus karton, selanjutnya produk ditempatkan di warehouse dan diberi kode produksi, produk akan berada di warehouse antara 1 minggu hingga satu bulan untuk melakukan sampling lab terhadap keamanan produk. Jika terdapat cacat pada produk, maka produksi hari itu akan dievaluasi demi keamanan calon pengguna.

Pemberdayaan Masyarakat Tempe Echo di Geneng

Tujuan kedua kami adalah Balai Desa Geneng, Klaten, di lokasi ini juga berdiri pabrik Tempe Echo Sari yang diinisiasi oleh Sari Husada bersama masyarakat setempat. Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang memiliki kandungan nutrisi sangat baik untuk segala umur. Proses produksi tempe disini sudah menggunakan bantuan teknologi, misalnya jika pada produksi tradisional, tempe diinjak-injak menggunakan kaki untuk memecah kulitnya, maka di sini menggunakan bantuan mesin. Untuk membungkus tempe juga menggunakan plastik. Kenapa enggak pake daun pisang saja? Ini untuk meminimalisir bakteri yang membuat tempe cepat busuk sehingga tempe bisa tahan lebih lama.

Tempe Echo Sari dan aneka kuliner dari tempe
Tempe Echo Sari dan aneka kuliner dari tempe

Yang menarik, masyarakat tidak hanya belajar membuat dan memasarkan tempe saja, tetapi juga membuat aneka olahan kuliner kreatif menggunakan tempe, misalnya, risoles, donat tempe, tempe cookies, pia tempe dan masih banyak lagi. Belum pernah nyoba kan? nah gak ada salahnya mampir ke Desa Geneng, di Klaten klo penasaran dengan kuliner kreatif dari tempe ini.

Napak Tilas CSR Sari Husada di Badran

Pada sore hari giliran kami kembali ke Kota Jogja, tujuan kami adalah RW 9 dan RW 11 Badran, dimana terdapat program CSR Sari Husada lain. Dulunya, di RW 11 didirikan Rumah Srikandi sebagai bentuk CSR Sari Husada, di sini terdapat program Posyandu, Bunda Mengajar serta koperasi micro finance, selepas 2014, seiring semakin mandirinya masyarakat di RW 11, maka program CSR di Rumah Srikandi dinyatakan selesai dan pengembangan selanjutnya diserahkan kepada masyarakat sekitar.

program rumah srikandi sari husada
Ibu ibu Badran dengan panen daun selada

Namun disisi lain, keberhasilan ini kemudian ditindak lanjuti dengan menambah 2 RW lain untuk ikut dalam program CSR Sari Husada. Di RW 9, misalnya, terdapat bank sampah dimana masyarakat diajak memanfaatkan sampah untuk membuat aneka kerajinan seperti bunga dari bahan dasar sendok plastik, melakukan penanaman pohon menggunakan media botol mineral bekas dan hidroponik. Menurut warga dengan adanya program CSR ini, mereka dapat menghemat keperluan membeli sayur karena bisa memproduksi sendiri. Bibit tanaman sayur sendiri, seperti biji selada dan kangkung mereka dapatkan dari toko pertanian terdekat.

napak tilas media csr sari husada

Sesi Ramah Tamah bersama Sari Husada

Setelah mengikuti agenda padat sehari penuh, malamnya kami berkesempatan untuk beramah tamah dengan Bapak Arif Mujahidin selaku Head of Communication Danone Indonesia, Ibu Endah Prasetioningtias selaku Public Affairs & Internal Communication Manager dan Dr Krisdyatmiko, S.Sos, M.Si dari Sosiatri UGM. Dari diskusi santai pada malam tersebut kami menggali lebih banyak mengenai program-program Danone dan Sari Husada, Dr Kris menggaris bawahi ada tiga poin dari program CSR Sari Husada yang beliau apresiasi selaku akademisi.

  1. Transfer Teknologi. Program CSR Sari Husada melibatkan transfer teknologi, misalnya dalam produksi Tempe Echo di Geneng, Klaten. Para perajin tempe tidak hanya dibekali pengetahuan mengenai pembuatan tempe yang lebih higienis tetapi juga bantuan peralatan dan pelatihan pengoperasian alat-alat pembuatan tempe yang lebih modern. Dengan adanya transfer teknologi ini diharapkan masyarakat dapat menggunakan teknologi terbaru untuk meningkatkan produktifitas mereka
  2. Community Development. Pemberian bantuan lewat CSR tidak hanya berupa bantuan produk siap konsumsi, tetapi bagaimana memberikan bantuan yang dapat menggerakkan komunitas masyarakat agar dapat berkembang, berkarya dan mandiri. Hal ini terlihat dari program CSR di Geneng maupun di Badran, alih-alih memberikan sembako, program yang diberikan bersifat pelatihan dan bantuan agar masyarakat dapat lebih produktif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
  3. Mendukung Kedaulatan Pangan. Tidak sekedar mencukupi kebutuhan pangan, tetapi juga berdaulat atas pangan. Dengan memproduksi sendiri bahan pangan yang dikonsumsi, masyarakat menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada supply bahan makanan dari pedagang. Masyarakat Badran bisa memenuhi kebutuhan sayur dari kebun hidroponik mereka sendiri, sedangkan masyarakat Geneng tidak perlu kuatir untuk membeli tempe dari luar.

Hari Kedua Fun Trip di Dolan nDeso

Pagi yang cerah saat aku menyuapkan nasi goreng di luar area Penny Restaurant, Sahid Rich Hotel. Pagi itu aku sudah janjian sama mbak Tika buat ambil seragam outbond. Hari kedua tujuan kami cuma satu, bersenang-senang bersama di Desa Wisata Dolan nDeso, Kalibawang, Kulon Progo. Rute perjalanan sebenernya lebih dekat dengan rumahku yang tidak jauh dari Kalibawang. Tapi mengingat motorku ditinggal di parkiran Sahid Rich jadi tetep nanti balik ke hotel. Anyway, kami pun meluncur dengan lancar ke arah Pegunungan Menoreh.

Sesampainya di Dolan nDeso, rupanya ada rombongan dari salah satu SMP di daerah Muntilan yang juga  melaksanakan outbond disana. Kami disambut oleh pemandu dan bersiap-siap untuk melakukan outbond. Sesi pertama adalah permainan kering, ada tiga permainan yang kami mainkan. Yang pertama egrang, kedua komunikata dan ketiga labirin. Aku sendiri didapuk jadi ketua regu pertama, cuma karena alasan yang random banget, karena jariku yang paling panjang dibanding anggota team yang lain. Halamakkk. Permainan kering di Dolan nDeso memerlukan koordinasi dan kekompakan dari semua anggota team. Permainan Egrang dan Labirin misalnya memerlukan kekompakan untuk menggiring salah satu anggota team dan kelereng agar mencapai tujuan dengan cepat dan tidak jatuh. Sementara komunikata mengajarkan kami untuk saling mempercayai informasi yang diberikan oleh anggota team yang lain. Dari tiga jenis permainan tersebut, regu kami imbang dengan regu kedua.

csr sari husada
Permainan Egrang Napak Tilas Media Sari Husada. Twit @DimasSuyatno

Selanjutnya kami berpindah menuju permainan kering, aku sebenernya ingin bermain di kubangan lumpur, cuma karena hari Jum’at, kami hanya berkesempatan melakukan 1x permainan basah dan rekan-rekan pilih mengikuti permainan river tubing melewati Black Hole, jadilah kami pergi ke area Black Hole. Di permainan ini, peserta diminta mengapung menggunakan rompi dan jaket pengaman memasuki lorong saluran irigasi yang berada di tepi desa. Aku yang sebelumnya semangat untuk mengikuti permainan berubah pikiran setelah melihat kondisi lorong.

Napak Tilas Media Bersama Sari Husada DaGNqMuUQAA9PdJ
Peserta Napak Tilas Media mengikuti River Tubing menuju Black Hole @dimassuyatno

Bukan apa-apa sih, cuma dadaku terasa sesak jika harus terendam dalam air dan dalam kondisi udara yang sepengap itu, apalagi panjang lorong yang kurang lebih 20 meter membuatku berpikir ulang untuk mengikuti permainan. Daripada ambil resiko yang nantinya bikin temen-temen dan panitia panik, aku mengurungkan niatku untuk ikut dalam permainan Black Hole.

Kami kembali ke hotel sekitar jam 2 siang. Perjalanan tersebut mengakhiri kebersamaan kami dalam Napak Tilas Media 2018. Semoga sih tahun depan Sari Husada menggelar event sejenis serta mengajak rekan-rekan blogger dan media untuk terus menyuarakan hal-hal baik, kreatif kepada masyarakat.

 

8 pemikiran pada “Napak Tilas Media Bersama Sari Husada”

  1. wah seru banget kuwi hidoponik e. AKu besok nek wis di jogja pengen nanam kaya gitu. Semoga iso lah nggo iseng ngirit juga haha

    Balas

Tinggalkan komentar

(Note, links and most HTML attributes are not allowed in comments)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Ingin produk/website Anda kami ulas? Silahkan klik tombol dibawah ini