Aku lahir di sebuah desa kecil di wilayah Kabupaten Cilacap, sebagai desa kecil, desaku tidak terlalu banyak diketahui orang. Hanya saja, desaku termasuk beruntung karena disana berdiri stasiun kereta yang sudah ada sejak jaman Belanda. Masa kecilku sendiri kerap aku habiskan di antara rel kereta api, bermain dengan gerbong-gerbong yang diparkir, atau sekedar balap imbang di atas rel kereta api.
Mengenang Kereta Api di Masa Kecilku
Dahulu kala, waktu aku masih sekolah di SMP, aku terpisah dari keluarga. Aku tinggal seorang diri di sebuah kecamatan kecil di Cilacap, sementara keluargaku pindah secara estafet ke Jogja. Setiap libur catur wulan, aku naik kereta api seorang diri pulang pergi dari Jogja-Cilacap. Kereta itu adalah kereta api ekonomi. Di masa itu, kereta api identik dengan tukang jualan yang tidak pernah berhenti dari waktu ke waktu membawa barang dagangan dari gerbong ke gerbong. Selain itu, banyak juga pengamen yang ikut naik kereta dan membawakan lagu-lagu untuk para penumpang bermodal gitar. Tentu saja, yang tidak kalah adalah kehadiran copet yang selalu muncul di setiap perjalanan kereta api.
Di masa libur lebaran, suasananya sangat tidak nyaman. Tidak adanya sistem tiket yang terintegrasi membuat penjualan tiket kereta menjadi asal-asalan. Akibatnya, banyak penumpang yang harus berdiri meski memiliki tiket. Tidak jarang ada penumpang yang membayar tiket di atas kereta. Yes para penumpang gelap selain para penjaja makanan, pengamen dan copet yang tidak membeli tiket namun ikut dalam perjalanan kereta.
Waktu itu, aku sendiri lebih suka berdiri di peron kereta, menghadap keluar dari lubang pintu gerbong menikmati semilir angin bersama para pengamen, pencopet dan para penjaja makanan. Tapi itu dulu, aku masih muda, jomblo dan bahagia. Tentunya, beda urusannya sekarang dimana aku sudah memiliki dua anak yang masih kecil dan juga seorang istri.
Kereta Api, Transformasi Layanan Transportasi Masal
Untung saja, kereta api mulai berbenah, banyak peraturan perkeretaapian yang dibuat untuk meningkatkan pelayanan kepada para penumpang kereta api baik dari segi keamanan maupun kenyamanannya. Transformasi ini tidak hanya berdampak pada penumpang, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Lalu apa saja transformasi itu?
1 Penghidupan kembali Polsuska
Polisi Khusus Kereta api adalah polisi yang bertindak khusus mengamankan aset dan juga perjalanan kereta api. Polsuska dahulu pernah ada di tahun 1970an, namun keberadaannya mati suri hingga akhirnya dihidupkan kembali lewat surat Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Penghidupan Polsuska ini adalah bagian untuk memberikan jaminan perlindungan keamanan pada para penumpang kereta api dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan selama perjalanan kereta api.
Ya, terhitung sejak saat itu, para pedagang asongan, pengamen, copet tidak bisa lagi naik ke dalam kereta api. Hanya para penumpang yang memiliki tiket resmi yang dapat menikmati perjalanan kereta api. Dampak kebijakan ini adalah suasana gerbong yang lebih nyaman dan aman bagi para penumpang. Keberadaan polsuska di atas kereta juga memberikan rasa aman kepada para penumpang selama perjalanan.
Untuk fasilitas makan sendiri gimana dong?
Iya dulu, dari para pedagang asongan lah aku beli makanan selama di kereta, ya makanan, rokok, oleh-oleh, bahkan kitab primbon dan segala tetek bengek palugada yang mereka jual. Tapi saat ini, makanan yang tersedia di kereta disupport oleh PT KAI, ada gerbong khusus untuk makan yang juga membawa beraneka menu halal serta aman untuk para penumpang.
2 Sterilisasi Kawasan Stasiun dan Jalur Kereta Api
Pada tahun 2007, DPR mengesahkan UU no 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Undang-undang ini mengatur hak dan kewajiban penyelenggara dan penumpang kereta api. Aturan ini juga mendasari sterilisasi kawasan stasiun dan jalur kereta api.
Bukan hal yang aneh di masa kecilku dulu jika ada kecelakaan yang terjadi di jalur kereta. Bahkan sebagai kampung yang dekat dengan stasiun, dulu sering sekali mendapati penumpang kereta api yang terluka. Penyebabnya adalah lemparan batu dari orang-orang tak dikenal yang menyasar kereta api. Parah, tapi itulah fakta yang terjadi dimasa itu. Sterilisasi kawasan ini dimaksudkan untuk memperlancar perjalanan kereta dari insiden yang mungkin terjadi di sepanjang perjalanan kereta api.
Sterilisasi juga mencakup bagian dalam peron dan luar peron stasiun. Hanya para penumpang yang memiliki tiket yang dapat masuk ke dalam area peron. Nyaman sekali karena aku selaku penumpang tidak terlalu perlu merasa kuatir dengan adanya copet yang berkeliaran di stasiun.
3 Penggunaan IT dan e-ticketing
Menjelang lebaran, sudah jamak bahwa tiket kereta diborong untuk dijual kembali dengan harga mencekik oleh calo. Calo tiket ini adalah masalah serius yang sulit diberantas. Beruntung dengan adanya teknologi informasi, hal tersebut dapat segera diatasi. Kita bisa membeli tiket kereta api secara langsung dari rumah bermodalkan smartphone, tidak perlu antri, tidak perlu takut digetok dengan harga selangit. Dan juga kita memiliki opsi untuk melakukan cancel tiket dan mendapatkan kembali sebagian uang tiket tersebut.
Saat ini untuk pengguna kereta api, kita dapat membeli tiket dimana saja secara online untuk mendapatkan kode booking. Saat di stasiun kita tinggal melakukan scanning kode booking agar bisa memperoleh boarding pass yang dapat kita gunakan sebagai bukti sah perjalanan kita menggunakan kereta api.
Dengan adanya IT dan e-ticketing, PT KAI bisa mengefektifkan bangku kosong untuk para penumpang yang turun di tengah perjalanan agar kursinya dapat diisi kembali oleh penumpang baru. Sistem ini juga memungkinkan penjaminan keselamatan para penumpang akibat overload kapasitas gerbong.
4 PKD dan Porter
Selain Polsuska, salah satu keuntungan menggunakan layanan transportasi masal kereta api adalah adanya PKD dan Porter, PKD (Petugas Keamanan Dalam) adalah sebutan untuk petugas keamanan di dalam area stasiun, tugas PKD tidak hanya untuk menjamin keamanan penumpang tetapi juga membantu memberikan informasi bagi para penumpang mengenai teknis perjalanan kereta api yang akan digunakan.
Di samping PKD, petugas bantu angkut di stasiun sendiri saat ini sudah tidak lagi seperti dulu, para porter yang berada di lingkungan stasiun sudah teregistrasi dan memiliki seragam khusus. Penumpang hanya perlu mengingat nomor seragam porter seandainya terpisah dari porter dan barang bawaannya.
5 Fasilitas Stasiun dan Kereta
Stasiun saat ini sudah berbenah, dengan berbagai inovasi dan pelayanan, pihak PT KAI juga tetap memberikan layanan fasilitas dasar yang dibutuhkan penumpang, adanya kantin, mushola, toilet bersih, smoking area, serta beberapa stasiun besar memiliki fasilitas playing ground untuk para penumpang yang bepergian bersama putra-putri mereka.
Untuk para hamba colokan, jangan kuatir di sudut stasiun terdapat terminal charger agar kita bisa mengisi ulang smartphone kita. Selain itu di dalam kereta tersedia juga fasilitas stop kontak di setiap kursi. Ada kereta pembangkit yang disertakan dalam rangkaian kereta, gunanya untuk memfasilitasi ketersediaan listrik baik untuk penerangan, AC maupun colokan.
6 No Smoking During Traveling
Sebagai seorang perokok aktif, aku menyadari betapa mengesalkannya asap rokok yang berhembus di dalam gerbong kereta. Yes, aku memang perokok, tapi aku tidak suka merokok di dalam area terbatas dengan orang-orang yang belum tentu toleran dengan asap rokok. Aku sendiri sangat mendukung aturan ini, lha kan kamu perokok Yo? Yo gak papa, jadi perokok bukan berarti harus egois sama non perokok, siapa tahu kan kita orang disebelah kita anak kecil atau ternyata punya riwayat asma berat?
PT KAI punya aturan yang sangat manjur untuk mengatasi para perokok di atas kereta. Sanksi untuk menurunkan para perokok di stasiun terdekat jika kedapatan merokok di atas kereta, entah di gerbong, pintu gerbong maupun toilet. Penting banget mendisiplinkan masyarakat kita agar dapat mengikuti aturan yang menjamin kenyamanan bersama. PT KAI juga menambahkan fasilitas AC untuk memberikan kenyamanan lebih pada para penumpang.
Jangan kuatir, aku masih tetap bisa merokok kok sesampainya di stasiun, karena ada fasilitas smoking area yang disediakan oleh PT KAI, tanpa kuatir akan mengganggu kenyamanan para penumpang lain.
Pengalaman Traveling Bareng Kereta Api
Oh ya, selain berbagai fasilitas di atas, awal bulan ini kebetulan aku bersama keluarga menggunakan layanan kereta api untuk menghadiri pernikahan salah satu kerabat di Jakarta. Ada enam orang yang ikut dalam rombonganku, Aku, istri, kedua anakku, Fahri dan Faiz serta kedua orang tuaku. Saat kami hendak pulang kembali ke Jogja menggunakan kereta di Stasiun Gambir, bawaan kami cukup banyak, aku sudah mewanti-wanti untuk menggunakan jasa porter mengingat selain membawa tas, kedua anakku juga masih kecil.
Aku dan istri kebagian membawa barang bawaan sementara ibu dan ayahku masing-masing memegang anak-anak kami. Setelah mereka melewati pengecekan boarding pas, giliran aku dan istri boarding pas, seorang penumpang berteriak ke arah eskalator, aku langsung kuatir jangan-jangan Fahri Faiz jatuh di eskalator, dan memang benar, ibuku terjatuh saat memegang Faiz.
Untung saja, petugas PKD tanggap di lokasi, eskalator langsung dihentikan dan para petugas menolong ibu dan Faiz, beruntung ayahku dan Fahri masih di bawah, para petugas PKD dan porter langsung membawakan barang-barang kami ke lantai dua. Sementara ibuku dibawa ke fasilitas kesehatan yang ada di lantai 1.
Kami beruntung, karena dengan layanan yang jauh berbeda dari masa kecilku itu, kejadian semacam ini bisa secepatnya ditangani petugas terkait, kami juga diberi akses khusus dan dikawal lewat lift oleh para petugas PKD. Beruntung ibuku hanya mengalami memar saja, dan masih bisa melanjutkan perjalanan menggunakan kereta.
Saat kereta berangkat, aku mendapati para petugas PKD dan porter menelungkupkan tangan ke dada sebelah kiri memberikan penghormatan kepada para penumpang. Jujur saja, mungkin emang akunya yang lagi baper atau emang baru kali ini mengamati, tapi rasanya trenyuh dan berterimakasih banget atas bantuan mereka selama di stasiun.
Selama perjalanan sendiri, karena mengalami guncangan di kereta dan mungkin efek terkejut ibu sudah reda, rasa nyerinya jadi lebih terasa selama perjalanan. Saat ibu hendak ke kamar kecil, jalannya jadi tertatih dan harus dijagain. Aku berinisatif untuk menghubungi nomor kondektur yang terpampang di setiap gerbong, aku menyebutkan nomor gerbong dan nomor kursi serta menanyakan pada kondektur apakah bisa disiapkan kursi roda sesampainya di Stasiun Tugu nanti?
Tidak berapa lama, kondektur datang ke gerbong kami dan dia memastikan agar nanti disiapkan kursi roda oleh petugas di Stasiun Tugu. Dan memang benar, saat kereta kami berhenti di Jogja, seorang petugas PKD nampak membawa kursi roda untuk ibuku. Bersyukur sekali atas pelayanan yang diberikan oleh PT KAI dan para jajarannya selama perjalanan kami pulang ke Jogja.
Terimakasih PT KAI atas transformasinya selama ini, semoga dengan semakin membaiknya fasilitas dan pelayanan kereta api, dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara. Bravo PT KAI.
* Disertakan dalam lomba blog Kemenhub *
Website kemenhub:
http://dephub.go.id
Sosial media:
Twitter: https://twitter.com/kemenhub151
Facebook: https://www.facebook.com/kemenhub151
Instagram: https://instagram.com/kemenhub151