Manusia memiliki keinginan, sesuatu yang ia harapkan dapat tercapai. Keinginan manusia itu kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yang pertama adalah cita – cita, dan yang kedua adalah pamrih.
Cita – cita adalah keinginan manusia yang ia harapkan dapat ia capai dari dirinya sendiri. Sementara pamrih adalah keinginan manusia yang ia capai dari orang lain. Jadi manusia itu adalah makhluk berpamrih.
Pamrih? salahkah? kayaknya terlalu naif kalau aku bilang pamrih adalah sesuatu yang forbidden untuk dibahas dalam dunia manusia. Ya kita belajar karena pamrih, kita berusaha karena mengharapkan pamrih juga. Baik itu dari segi perasaan, ucapan, tindakan, baik bersifat moral maupun materi kita semua melakukannya.
Bohong kalau kita bersikap baik pada orang lain karena kita tidak berharap hal yang sama. Ya kita bersikap baik karena kita berharap iapun bersikap yang sama dengan kita. Syukur seandainya ia membalasnya dengan lebih baik lagi.
Dalam hidup bersosialisasi di masyarakat, kita dihadapkan pada kenyataan akankah menjadi orang berguna atau tidak, apakah kita memberikan mereka manfaat atau sebaliknya. Disini harga martabat kita ditawarkan, jika kita berharap dihargai dalam lingkungan kita, maka kita harus berusaha melakukan hal yang membuat kita dihargai, entah dalam bentuk materi, leadership, kreativitas dan masih banyak lagi.
Dan aku menyadari, berharap pada manusia kebanyakan akan membuat kita kecewa, maka Tuhan memang mengajarkan kita agar hanya berpamrih kepadaNya. Ya, aku hanya seorang manusia, dan aku merasakan kekecewaan itu karena aku berpamrih padanya.  Yah terkadang ikhlas itu hanya kurasakan di lidah bukan di hati, ah haruskah aku belajar tentang ilmu ikhlas? haruskah aku hanya berpamrih kepadaNya saja?
Entahlah, mungkin waktu akan membawakan jawabannya untukku.
yang susah itu berbuat baik sama orang lain , tapi berharap pamri sama tuhan … maaf kalo sotoy . hehe salam kenal
memang lebih susah dijalankan kok mas 🙂 maturnuwun sudah berbagi pandangannya
bener-bener tuh.
intinya g boleh pamrih ke arah horizontal (sesama) tapi ke arah vertikal (Tuhan), gitukan?
hehe
betul betul betul, tapi suer deh susah klo bener2 bisa all out cuma pamrih sama Tuhan
Iyyyyyes.. gw jd unyu2 bc pengakuan eluuu
😛
Mmmm… semua hanya alloh yg bs nilai, un tingkat keikhlasan seseorang. Seperti yg gw bilang sebelumnya kita tuh bukan malaikat yg selalu berbuat baik. Tapi kita juga bukan setang yang mendadak mencintai diri sendiri ketimbang org lain*hubnya apa y?
Intinya atu un…
bersyukurlah dgn apa yg kt punya. Okeeeh?
ceeeeeeeeeerssssss 😉
iya tul gw kan bukan setang 😛
n_n tararenkyu ya gak sia2 gw punya adek onlen kek lu deh, bisa gw ajakin curcol
kalau ikhlas itu terucap katanya sih gak ikhlas, jd yg tahu ikhlas atau enggak yah biara Allah ajah yg nilai, seng penting tetap berbuat baik pada siapapun sekalipun pada orang yg udah membuat kita kecewa, emang tak mudah mempraktekannya tp gak ada salahnya utk terus berbuat baik…semangat priyooo……….
maturnuwun ras, kamu emang temen yang baik n_n