Kita tentu sering mendengar banyak sekali perusahaan besar menyelenggarakan undian berhadiah, apalagi klo yang menyelenggarakan adalah Bank skala nasional, maka hadiahnya tidak tanggung-tanggung, mobil berharga hampir satu milyaran lah yang akan menjadi hadiah utamanya. Sungguh menggiurkan bukan?
Hampir setiap bank selalu punya agenda rutin untuk melakukan undian berhadiah, baik bulanan, triwulan, semester atau tahunan. Selain bank, aneka perusahaan lain juga sering mengadakan undian untuk menarik minat dan meningkatkan loyalitas usernya.
Lalu gimana pendapatku tentang Undian berhadiah ini? Yah siapa gw pake harus ditanya opininya. Aku bukan pejabat, seleb blog apalagi orang yang berkompeten dalam urusan peruntungan manusia. Tapi aku berpendapat sebagai pribadiku saja dan pendapat ini berlaku untuk diriku sendiri, masalah ada yang setuju atau menyanggah mah monggo-monggo saja, tidak ada larangan. Jadi kalopun aku menuliskannya disini hanya untuk berbagi saja mengenai pandanganku, tidak untuk mencari persetujuan, pembenaran apalagi untuk melakukan justifikasi halal haram. So, stel kendo saja bacanya.
Undian, pada umumnya adalah cara untuk memberikan apresiasi pada pengguna produk perusahaan atas loyalitas pengguna, hal semacam itu bisa saja dianggap bagian dari apresiasi, penghargaan, CSR atau bahkan bagian dari strategi marketing. Ya iyalah dengan adanya event undian berhadiah yang wah tentu akan menstimulasi penjualan produk/penambahan saldo jika merupakan lembaga perbankan.
Jaman dahulu, dan masih berlanjut sampai sekarang orang suka membeli lotere, togel dan sejenisnya. Membeli nomor secara coba-coba berharap nomor itu akan memenangi undian puluhan ribu dollar. Jika nomornya meleset, maka bablas juga uang yang ia belikan lotere tersebut.
Tunggu dulu, klo beli lotere kan emang cari penyakit, niatnya judi, klo kita ini kan cuma dapet kupon karena belanja sekian ratus ribu di supermarket, semacam bonus aja.
Iya betul, memang beda, orang yang niat beli lotere buat menang undian, dengan orang yang belanja sambil berharap menang undian rumah dari supermarket langganannya. Bedanya, yang satu cuma dapet nomer, yang satu dapet belanjaan juga, klo ga dapet doorprize minimal duit yang dikeluarin gak mubazir karena udah dapet ganti barang.
Dan buat aku, sah-sah aja orang berpikiran demikian, karena emang begitu kenyataannya. Sementara buat aku sendiri, aku punya pendapat yang hanya berlaku dan aku benarkan untuk diriku sendiri, yaitu berusaha menghindari hal tersebut. Kenapa?
Pertama, niatku ke swalayan adalah untuk membeli barang keperluanku, bukan untuk ngalap berkah dapet hadiah motor. Aku menabung juga untuk menyimpan cadangan uang jika sewaktu-waktu dibutuhkan, bukan buat ngarepin untung beliung mobil baru.
Kedua, membeli langsung atau sekedar mendapat bonus kupon, tetap saja mekanisme untuk mendapat hadiahnya adalah dengan cara diundi, terkesan adil memang karena mengandalkan kejadian acak, random dan tidak dapat diprediksi, siapa saja bisa menang, akan tetapi justru mengundi nasib adalah sesuatu yang dilarang oleh Rasulullah.
Ketiga, Tuhan tidak pernah melempar dadu untuk menentukan rizki umatnya, termasuk juga masalah jodoh. Coba tunjuk jari yang dapet pacar hasil menang lotere di rumah judi terdekat?
Keempat, undian berhadiah memang tidak memiliki resiko langsung sebagaimana Russian Roullete yang bisa bikin pemainnya kehilangan nyawa, tetapi kehilangan kesempatan berusaha, dalam sistem undian, kita tidak bisa berbuat apapun selain menunggu keajaiban, berbeda dengan jika kita mengikuti perlombaan untuk memenangkan hadiah utama berupa motor / mobil. Tentu rasanya beda, di satu sisi hanya mengandalkan keajaiban, sementara yang satu mengusahakan keajaiban.
Aku bukanlah orang yang percaya dengan kebetulan/keajaiban semacam itu. Everything happens from a reason, kalo kamu mau juara kelas, kamu harus belajar, bukan dengan cara menanti wali kelas ngocok dadu siapa yang jadi ranking satu, that was a stupid thing ever.
Meskipun demikian, tidak serta merta aku mengharamkan segala macam undian untuk diriku sendiri, ada beberapa undian yang memang lumrah dan manusiawi, misalnya undian untuk menentukan nomer urut atau lawan tanding dalam sebuah perlombaan, mengacak soal random di ujian CBT, menggunakan metode random sampling untuk penelitian maupun hal-hal lain yang penggunaan undian hanya sebagai trigger bukan sebagai poin utama penentu keberhasilan.
Terakhir, untuk dipahami kembali, apa yang aku sampaikan diatas adalah opini pribadi yang aku tanamkan pada diriku sendiri tentang undian berhadiah, bukan untuk mempengaruhi pendapat kalian mengenai boleh tidaknya kalian mengikuti undian berhadiah. Terus kenapa ditulis di blog? ya biar kita bisa tahu bahwa tidak semua orang memiliki pandangan yang sama tentang satu hal, akan tetapi perbedaan pandangan itu bukan untuk saling menyerang, tapi untuk saling dijabarkan alasannya, agar kita bisa belajar melihat dari sudut pandang lain, karena semakin banyak sudut pandang yang kita pakai untuk melihat sebuah persoalan, akan semakin komprehensif juga pemahaman kita mengenai persoalan tersebut.
So, klo kalian menganggap undian berhadiah itu menguntungkan dan tidak bermasalah ya dijalani saja, siapa tahu nanti minimal dapet hadiah kedua, tetapi klo menganggapnya emang seperti judi dan ingin meninggalkannya juga silahkan, pilihan dan konsekuensinya masing-masing ditanggung penumpang.
Termasuk soal ujian UKG yang random itu ya mas 😀
Aku hanya ingin mendapatkan hadiah sebuah hati untuk mengisi kekosongan jiwa ini kak #NasibJomblo
jangan suka buka celana di depan calon mertua ya om haha