Di masa lalu, anak yang suka bermain game sering biasanya adalah anak yang geek, yang sama sekali tidak gaul dan terpisah dari lingkungannya. Mereka kerap memandang layar tabung CRT sendirian di kamarnya, menghabiskan hari-hari mereka sendirian di depan layar komputer.
Namun, saat ini dengan semakin pesatnya teknologi komunikasi, cara bermain game sedikit berubah, meski tetap menatap layar, baik layar komputer, tv maupun smartphone tetapi ada yang berubah dalam permainannya. Yaitu dengan adanya interaksi antar pemain.
Ya, teknologi internet memungkinkan kita bermain dengan rekan-rekan baru dari dunia maya dalam sebuah komunitas bersama, sama-sama penyuka games. Pertama kali aku mendapatkan rekan bermain games tidak menggunakan aplikasi cari teman seperti Friendster dkk, tetapi dari Facebook. Lha sama aja dong social media?
Yups, tapi di medio 2009, fungsi facebook buatku saat itu hanya satu, bermain game legendaris Mafia Wars, tentu dimasa itu juga banyak games flash berbasis facebook seperti Texas Hold em Poker, tapi aku sendiri lebih suka bermain Mafia Wars, mulai dari membentuk klan, membentuk pertemanan dengan rekan-rekan dari berbagai negara, bahkan jumlah pertemananku di facebook mencapai 5000, batas maksimal jumlah teman yang diijinkan Facebook.
Warnet-warnet dengan kecepatan tinggi membuka layanan baru, game center. Dan tidak jarang di jam-jam sekolah, warnet game online ini justru dipenuhi oleh siswa berseragam sekolah yang sengaja bolos demi memainkan game kesayangan mereka. Maka tak heran di masa itu, permainan game cenderung dianggap merusak masa depan
Game berbasis multiplayer bermunculan, mulai dari game berbasis MMORPG (Massive Multiplayer Online Role Playing Games) seperti Ragnarok, Online FPS seperti Call of Duty dan berbagai jenis games lain yang digandrungi anak muda.
Punya Temen Bermain Game Penting Gak Sih?
Semakin kesini, bermain games tidak lagi di warnet, teknologi smartphone memudahkan para gamers untuk menggunakan gadget kesayangan mereka untuk bermain game di rumah, di warung pinggir jalan, di sekolah, dan dimanapun mereka ingin bermain.
Mereka tidak hanya sekedar bermain, tapi juga menjalin pertemanan dengan para pemain game lain yang sama. Aku sendiri termasuk penggemar game RTS (real time strategy) dimana game akan terus berjalan terlepas pemainnya online atau offline, tidak jarang, saat online kami mendapati homebase kami dihancurkan musuh saat sedang tertidur pulas di rumah. Maka disana kami membentuk aliansi, mencari dan merekrut teman sebanyak-banyaknya dan menghancurkan aliansi lain.
Selalu ada teman baru yang akhirnya masuk ke circle pertemananku di dunia maya, entah di Facebook, twitter, IG, whatsapp. Dan meski kami sama-sama telah pensiun dari game, biasanya kami masih terus bertanya kabar dan saling update kondisi masing-masing.
Kebanyakan player di Indonesia menyukai game berjenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) seperti Mobile Legends, Arena of Valor, DoTA 2, menjadi game yang cukup populer dan menghantarkan para pemainnya ke level pro player. Sesuatu yang diidam2kan oleh anak gamers di jaman tabung CRT. Anak-anak MOBA umumnya seneng menjalin pertemanan, terutama mencari teman buat ngebantu mereka push rank ke level yang lebih tinggi. Tak jarang mereka akhirnya membentuk tim profesional.
Tak hanya dari segi skill, saja, tetapi mereka juga dinaungi oleh manajamemen profesional dan bertarung di kancah profesional. Bermain di level profesional, tak sekedar popularitas dan penghasilan yang mereka dapatkan, prestasi ini memudahkan mereka menambah jejaring pertemanan, baik dengan sesama pro player, industri, komunitas maupun orang-orang lain yang ingin berteman dengan mereka. Di negeri +62 ini, semakin banyak teman, semakin besar peluang kalian memperoleh kesuksesan. Masih enggan berteman lewat game online?