Kelihatannya postingan kali ini ngajak mikir berat, bakalan berisi kalimat2 yang ngotot dan bla bla lainnya, hahaha enggak lah. Lagi enggak pengen ngomongin tetek bengek mengenai creationisme, atau kek Harun Yahya yang inti bahasannya, pokoke serba sudah sempurna dari sononya. Hadeh iya sih tapi kan masih bisa lebih dieksplorasi lagi.
Nah bicara tentang eksistensi Tuhan, ini umat beragama seluruh dunia bakalan ada dalam satu bendera Theisme, dan lawan mereka atheisme, tapi kita tinggalkan juga regang regeng kedua belah pihak.
Yang ingin aku tuliskan cuma simple, ada saatnya kita berada dalam titik nadir, bukan dalam artian patah hati dsb tapi bener2 dalam kondisi kritis, dimana secara logis matematis kita mungkin tidak akan selamat dari itu, atau kita sedang berada dalam kondisi kesulitan yang tidak memungkinkan orang lain memberikan pertolongan pada kita.
Maka secara naluriah hati kita akan memohon untuk diselamatkan, dan kita memohon bukan pada diri kita sendiri maupun pada sesama manusia, tetapi pada “Sesuatu” yang hati kita akui dan yakini keberadaannya.
There’s no one can give us any faith, faith was lied in our deepest heart
gambar dari shutterstock dan vimeo