Indonesia itu gudangnya local wisdom, percaya gak percaya, kenyataannya emang demikian adanya, trus kemudian ada pertanyaan kenapa banyak sekali kearifan lokal kita yang hilang dimakan jaman?
Jawabannya mungkin karena jaman itu rakus, gak cuma makan usia manusia tapi juga kebudayaannya, atau memang manusianya yang enggan menjalankan kearifan lokal hanya karena merasa sudah keturunan ke delapan maka ogah2an menjalankan tradisi yang ada, kuno, gak modis, gak apdet, gak level.
Well, budaya kita memang lebih banyak diturunkan dari mulut ke mulut *cipokan?* meski pada akhirnya banyak pujangga atau pegiat di masa itu menuliskan kitab2 bersejarah semacam Negara Kertagama, Primbon Jawa dan Ramalan Jayabaya ada yang tau isinya apa???
Jika kita mau jujur, negeri kita punya kemahsyuran yang tidak kalah dari Bangsa Romawi, Viking, Kerajaan Mesir, Kekaisaran China, kita punya Borobudur yang lebih rumit dari Piramida, Kita punya Majapahit yang lebih hebat dari Kekaisaran Romawi, kita punya Sriwijaya yang lebih lihai dari Viking. Namun, sejarah kita berakhir di bawah kaki kompeni, selama tiga setengah abad kita terkungkung dalam penjajahan dan kehilangan kebanggaan sebagai sebuah bangsa yang hebat. Senopati Mataram, tidak ada yang ragu mereka orang2 linuwih, sakti mandraguna dan kebal terhadap berbagai jenis senjata Belanda, tapi pada akhirnya mereka tidak mati di medan laga, melainkan mati dalam sangkar emasnya.
Ya ampun gw ngelantur segitu panjangnya, padahal gw cuma mau ngomongin tentang tempurung kelapa doang lho suer. Bagai katak dalam tempurung? iya kira2 gitu juga boleh.
Kita tahu tempurung kelapa banyak digunakan sebagai media kerajinan tangan, orang2 kreatif kita meningkatkan nilai jual si batok kelapa ini dalam pandangan ekonominya. Tapi disisi lain banyak lho kegunaan batok kelapa ini selain sebagai bahan dasar kerajinan tangan. Ada yang buat bikin api *ya itu emang fungsi dasar*, helm2an buat main perang2an *itu sih gw* ada yang menggunakannya sebagai penjernih air sumur, karena bisa digunakan sebagai filtering kandungan mangaan, dan mungkin yang gak banyak orang tahu tempurung kelapa ini dulu sering dijadikan sebagai alat pendeteksi kesuburan tanah.
Nah, ada yang pernah denger???
Dulu ketika simbah2 kita ingin membuat sumur, mereka tidak asal gali lobang tutup lobang, capek kan klo ternyata harus ngegalinya terlalu dalam sementara peralatan mereka gak secanggih sekarang, tetapi mereka juga menggunakan logika mereka untuk menemukan posisi yang memiliki debit air banyak, caranya adalah menelungkupkan batok kelapa di beberapa titik tanah yang akan digali. Keesokan harinya tinggal dilihat batok kelapa mana yang paling basah, semakin basah batoknya berarti debit air di bawahnya semakin banyak.
Ternyata simbah2 kita itu pinter ya? meskipun mereka gak makan bangku sekolah, hanya mengandalkan hidup dari alam tapi ilmu pengetahuan mereka tepat guna dan masih bisa dipakai sampe sekarang
Kok ndak ada fotomu pake helm batok om?
Baru tau nih gw itu yang bisa ngecek air… mantep ya orang dulu…
kuwi jaman cilik no, jaman ijih wedi karo kamera foto
share ilmu tapi tetep slengean.. manteb
hehehe udah kebiasaan sih mas, salam kenal 😀