Seekor semut kecil berwarna merah yang muncul di mejaku membuyarkan lamunanku, kulihat ia mondar mandir mengecek setiap sudut meja berharap menemukan sebutir makanan untuk dibawa pulang pada keluarganya. Rupanya ia tak menyadari tatapanku yang merasa terganggu oleh kehadirannya.
Aku diam memperhatikan tingkah semut itu, lalu dengan iseng kumainkan jariku untuk menghalangi gerakannya, dan ia terkejut kemudian berusaha menghindar. Ah seekor semut, kamu tidak akan bisa berlari dari seorang manusia sepertiku, bahkan kamu berlari seribu langkahpun jangkauan tanganku pasti selalu lebih panjang dari jarak yang kamu tempuh.
Semut itu terus berlari tunggang langgang menghindari keisenganku, tidak berapa lama hampir sampailah ia ke bibir meja, dengan sigap kutancapkan kukuku tepat di sisi badannya agar aku bisa menangkapnya! Happ! Kaki semut itu tertangkap oleh tekanan jariku. Ia meronta dan berusaha melepaskan diri, aku membiarkannya terus meronta untuk beberapa saat.
Kulihat semut itu meringis kesakitan, tapi ia sadar ia harus secepatnya meninggalkan meja yang penuh mara bahaya ini. Melihatnya terus berusaha akupun melepaskan kakinya. Semut itu berusaha lari seperti tadi, tapi kali ini ia tidak segesit sebelumnya. Jalannya pincang dan sempoyongan, tanganku telah membuat dua kaki kanannya patah, ia menjilati kakinya untuk berusaha meredakan rasa sakit yang kubuat, lalu dengan bersusah payah tertatih2 ia pun meneruskan langkahnya.
Lalu semut itu menoleh padaku dan seolah2 aku bisa mendengar perkataannya
” Hai manusia, kita tidak pernah saling mengenal sebelumnya, tidak juga kita sedang bermusuhan, tapi kenapa kamu tega melukaiku? Apa salahku padamu? Bahkan aku tidak mengambil secuilpun rizki yang diberikan Tuhan padamu di meja ini?”
Aku merasa tertampar mendengarnya, ya semut itu memang tidak benar2 berbicara padaku, akupun tak bisa melihat dan mencerna emosi dalam tatapan matanya, tapi aku merasa ia sedang melayangkan nota protes atas perbuatanku padanya.
Kemudian aku mengeluarkan sebungkus coklat kecil dari dalam kantung bajuku, kucongkelkan sedikit dan ku letakkan disisinya sebagai tanda permintaan maafku padanya. Ia menghindar, tapi beberapa jurus kemudian ia mengendus remah coklat yang kuhidangkan, dan segera pergi meninggalkan meja.
Aku terdiam menatap punggungnya hilang ditelan bibir meja, hatiku merasakan penyesalan atas perlakuanku padanya, ya, aku hanya sedang kesal pada seseorang tetapi justru menimpakan kekesalanku pada makhluk lain hanya karena ia lebih lemah dariku.
Tidak beberapa lama, satu tim pasukan semut sudah menaiki mejaku dan mengendus2 coklat di meja, mereka kemudian menggotongnya bersama2 turun dari meja menuju rumahnya, tak kulihat semut pincang ada dalam pasukan itu, mungkin saat ini ia sedang menjalani perawatan di salah satu rumah sakit terbaik di komunitasnya, kuharap ia dapat segera sembuh.
Hari ini aku menerima pelajaran dari seekor semut merah yang lemah, bahwa kekuatan kita tidak boleh digunakan untuk menyakiti orang dan makhluk lain, hanya karena kita lebih berkuasa dan kuat dibandingkan dengan mereka.
kok bahasa planet di plugin ini
nganggo bahasa linggis malah ra metu form e kang
apik mas critane 🙂
matur nuwun mbak 😀
Sue raono kbare
Bahkan, menimpakan kekesalan pada seekor semut kecil pun bukan sebuah tindakan terpuji atas sikap kita terhadap sesama
weit diksinya ada.. bedo mas karo tulisan biasane…
setuju, apik sudut pandang semutnya..
lagi mandan galaw dadi tulisane lempeng iki fi hihihi
mandan,
haha,, galawu terus mas, ben apik tulisane 😀
mang, iseng ih…hehe
Tp tulisannya bagus,,sampe ada sudut pandang semuj segala,,nice.
ia mbak itu iseng yang tidak baik coz bikin semutnya menderita e
Itu iseng apa kurang ajar
kurang tabok kang hihihi