Di Jogja, ada sebuah warung sate yang cukup unik, jika kalian menganggapnya sate ini menyajikan sate khas kebanggaan Jogja, sate klathak, maka kalian salah. Sate yang ada disini adalah sate orisinal yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain. Nama warung sate itu adalah Sate Ratu.
Sate Ratu berlokasi di Foodcourt JogjaParadise di depan Jogja City Mall, namun per 29 Januari 2021 ini akan pindah ke Jalan Sidomukti, Tiyosan, Condong Catur. Yang menarik dari brand ini adalah strategi marketingnya yang mungkin berbeda dibanding para pengusaha kuliner lainnya.
Untuk membesarkan jenama kuliner, Fabian Budi Seputro atau kerap disapa Om Budi memilih strategi yang berbeda, salah satunya adalah dengan menargetkan wisatawan mancanegara guna menikmati kuliner sate buatannya. Maka tak heran jika Sate Ratu saat ini telah dinikmati pelanggan dari 85 negara yang berbeda.
Ah, namanya juga berada di Jogja yang notabene merupakan destinasi wisata kedua terbesar di Indonesia setelah Bali, apa susahnya mendapatkan pelanggan mancanegara?
Di Jogja, rata-rata turis asing menginap di daerah Tirtodipuran-Prawirotaman di sebelah selatan Kraton Yogyakarta, daerah ini adalah tempat berkumpulnya bule-bule asing, di kawasan ini banyak resto ala Eropa, cafe yang menyajikan minuman beralkohol namun terbatas dalam kawasan, lokasi ini sangat berjauhan dari lokasi Foodcourt Jogja Paradise, yang berada di kabupaten Sleman, apalagi nantinya di Condong Catur, lebih jauh lagi dari kawasan turis asing.
Berawal dari Angkringan Ratu yang berada di jalan Solo, Om Budi dan rekan-rekannya mencoba mendulang asa dari bisnis kuliner di Jogja, namun sebelum memutuskan terjun di dunia kuliner, Om Budi bukan orang baru di bidang bisnis, pengalamannya sebagai general manajer di berbagai perusahaan entertainment menjadi acuan semangat untuk bisa sukses di bidang lain. Oh ya, beliau ini bukan orang sembarangan lho, pernah tercatat sebagai General Manager Corporate di Hugo’s Cafe, salah satu legenda dunia hiburan Indonesia.
Namun keinginan untuk memiliki brand sendiri dan keinginannya untuk bisa lebih tenang dalam menjalani hidup membuatnya memilih berjualan sate, sebuah pilihan yang sangat sulit diterima oleh para koleganya yang terbiasa tampil rapi dan necis.
Meski memulai bisnis dari pinggir jalan dan benar-benar dari nol, om Budi tetap membuktikan bahwa pilihannya tepat. Teknik marketing yang beliau terapkan dalam mengelola Sate Ratu ini membuahkan berbagai penghargaan, misalnya Juara Ngulik Rasa Unilever, Finalis Bango Penerus Warisan Nusantara, Traveler Choice Trip Advisor selama beberapa tahun terakhir dan masih banyak sederet penghargaan bergengsi lainnya.
Dalam mengolah bisnisnya, Om Budi sengaja tidak membuka cabang Sate Ratu, sesuatu yang mungkin sangat disayangkan rata-rata pengusaha kuliner yang jenamanya sudah mulai dikenal orang. Ternyata ada alasan dibalik prinsipnya tersebut.
Dengan tidak membuka cabang, Om Budi lebih bisa mengontrol kualitas produk Sate Ratu, mengingat namanya jasa kuliner ini, banyak faktor yang sangat mempengaruhi rasa, mulai dari pemilihan bahan baku masakan, teknik memasak, kualitas pemanggang, dan lain sebagainya. Seringkali ketika sebuah jenama kuliner membuka cabang baru, rasa yang didapatkan di tempat baru justru tidak menggambarkan rasa dari tempat aslinya.
Yang kedua adalah, keterlibatan owner dalam keseharian. Pada rata-rata bisnis kuliner saat ini, banyak dari mereka yang mengandalkan nama besar owner, apalagi jika menggunakan nama artis, hampir dipastikan artis tersebut tidak terlibat dalam keseharian pengelolaan resto, mereka lebih seperti brand ambassador dari merk mereka sendiri. Di sisi lain, meskipun bukan artis, banyak juga pemilik resto yang merasa sudah cukup sukses dan memilih beristirahat, mempercayakan bisnis mereka pada seorang manajer guna mengelola bisnis kulinernya. Klo kata Om Budi, Bisnis jalan, pemilik jalan-jalan.
Konsep ini tidak sesuai dengan prinsip Om Budi, bisnis yang baik adalah yang ditangani ownernya sendiri, FYI, berapa kali aku main ke Sate Ratu, tidak pernah absen ownernya nongkrongin tuh warung, dan klo udah disapa gitu, Om Budi biasanya bakalan mendekat, menyapa dan ngajak ngobrol.
Jujur aja, jarang banget ada pemilik resto yang bisa segrapyak itu sama para tamunya, n gak cuma sama kita aja lho, tiap ada pengunjung datang, Om Budi sering terlihat menyapa para tamu dan mengajak ngobrol. Pelayanan premium semacam ini mengingatkan kita pada para general manager di hotel berbintang atau pub kelas atas, yang berusaha memastikan tamu mereka mendapat pelayanan yang paling maksimal selama berada di tempat kita. Tentu saja aku gak heran, karena Om Budi memang pernah menjadi GM di berbagai industri entertainment.
Di dinding Sate Rate kita bisa menemukan Hall of Fame, ya aku anggepnya gitu sih, jadi disinilah para tamu menuliskan pesan, kesan dan foto mereka setelah menikmati sajian kuliner sate ratu. Biasanya setiap ada tamu dari negara yang belum pernah berkunjung, Om Budi rela repot-repot mgeprint bendera negara si tamu, mengajaknya foto bareng dan menuliskan kesan nama dan ttd nya di Hall of Fame. Gak jarang juga jika tamu berkenan, tim Sate Ratu akan membuatkan video testimoninya.
Teknik marketing semacam ini membuat jenama Sate Ratu dikenal di negara manca, tidak jarang Sate Ratu kedatangan bule yang langsung ngacir menuju Hall of Fame, mereka berusaha menemukan foto kerabat mereka yang terpajang di dinding Sate Ratu.
Pengalaman semacam ini bagi Om Budi sangat berharga, pelanggan baru merasa familiar dan nyaman meski baru pertama kali bertandang ke Sate Ratu. Nilai plus lagi dari Om Budi, lancar berbahasa Inggris sehingga lebih memudahkan interaksi dengan para tamu baru ini.
So setelah lima tahun di Sate Ratu, Om Budi memutuskan untuk berbagi pengalamannya lewat sebuah buku. Buku yang menyiratkan perjalanan beliau jatuh bangun membangun brand (atau om Budi lebih suka menyebutnya jenama) Sate Ratu dituliskannya disini.
Sebagai seorang praktisi, Om Budi juga menyajikan berbagai tips yang harus dihindari para pengusaha kuliner, entah saat usaha mereka terpuruk, usaha mereka mulai berkembang, bagaimana manajemen kualitas, menjaga nama baik, serta berhubungan baik dengan mitra, karyawan bahkan para pelanggan, dan bagaimana strategi ke depannya.
Buku yang diberi judul Kok Bisa Gitu ini ditulis saat hangat-hangatnya fenomena PSBB selama pandemi covid, secara gamblang, Om Budi menuturkan perjalannya berdasarkan lima tahun episode Sate Ratu. Pembaca bisa membaca apa saja sih yang harus dilakukan di tahun pertama, gimana jika bisnis tersendat di tahun kedua, atau kalau sudah terkenal n bisnisnya stabil, mau diapain lagi sih? Buku setebal 220 halaman ini memiliki banyak insight dahsyat yang mencerahkan n menjadi inspirasi untuk pengusaha kuliner maupun pengusaha yang bergerak di bidang lain.
suk njuk janjian maksi neng kene yo mas
ayo luwih cedak hehehe
Tahukah anda? Saya menunggu Sate Ratu tiba di tempat baru. Hehehe.. coz lebih dekat dari rumahku. Sudah sangat penasaran gituuu pengin nyobain aneka macam satenya 🙂
iya mbak lebih deket sekolahanku hehe
Sip. Mantab referensinya. Kapan kapan mau coba. Tapi kalau sudah di tempat yang baru karena lebih dekat lokasinya 😊👍
iya pak di selatan sekolahku malah