Aku berjalan menyusuri lorong dalam sebuah bangunan yang serba putih, ya putih, dinding2 batu pualam disisi kiri dan kananku, bahkan sebuah bunga plum berwarna putih dalam vas diatas meja yang senada, hanya kulit coklat dan rambut hitamku saja yang membuatku merasa menjadi makhluk paling janggal di lorong ini. Kudengarkan sayup2 lagu instrumental mengalun pelan seolah membimbingku ke arahnya.
Aku menemukan sebuah pintu di depan lorong dengan papan namaku terukir di dinding pintu itu. Sejenak aku ragu untuk membukanya, jangan2 hanya kesamaan nama saja, karena aku tak tahu pasti apa yang ada di dalamnya.