Buat kalian yang senang dengan cerita sejarah Jepang, tentu tidak akan melewatkan periode Sengoku, masa dimana para daimyo atau feudal lord, menguasai provinsi-provinsi di Jepang. Hampir setiap daimyo, memiliki hasrat untuk menjadi panglima tertinggi jepang, itu berarti adalah orang nomor tiga dari hierarki kekuasaan feodal Jepang. Yang pertama dan tidak terganti adalah Tenno, sebutan untuk kaisar Jepang, yang kedua adalah Shogun, penguasa tertinggi Jepang. Berbeda dengan Tenno, Shogun bisa diganti dengan serangkaian pemberontakan. Namun terkadang seorang Daimyo cukup puas menjadi bawahan shogun saja.
Dalam kehidupan masyarakat Jepang, dimana para daimyo saling berebut kekuasaan dan saling menghabisi, Uesugi Kenshin, penguasa Kasugayama bisa dibilang adalah satu dari dua daimyo yang tidak terlalu tertarik berebut kekuasaan. Daimyo lainnya adalah Mori Motonari di negeri barat. Sementara Kenshin tinggal di negeri utara yang dingin. Baginya, yang harus diutamakan adalah kesejahteraan rakyat dan rasa hormat pada Kaisar.
Di masa Sengoku, selain kedua daimyo tersebut, kita mengenal tokoh-tokoh yang tidak kalah hebat, tiga pemersatu Jepang, Oda Nobunaga, Daimyo Owari, Tokugawa Ieyashu dari Mikawa serta Hideyoshi Toyotomi, pembantu dan pewaris Oda Nobunaga. Di masa hidupnya, saat Oda Nobunaga memperluas kekuasaan dengan menaklukan para daimyo lain, hanya wilayah klan Uesugi, dan Mori yang berhasil menghambat nafsu perang hingga Nobunaga tewas bunuh diri di insiden Honnoji.
Uesugi Kenshin, lahir dari klan kuat di Provinsi Echigo, sisi utara pulau Honshu, wilayahnya berbatasan dengan laut, gunung dan juga salju, ia terlahir dengan nama Nagao Kagetora, ia kemudian diadopsi oleh klan Uesugi, nama Kenshin sendiri artinya adalah hati pedang, nama yang diabadikan oleh Nobuhiro Watsuki sebagai nama tokoh utama dalam komik Roruoni Kenshin.
Semasa hidupnya, Uesugi Kenshin dikenal dengan perseteruannya dengan Takeda Shingen, penguasa provinsi Kai. Meski akhirnya Takeda meninggal dalam penyerangan melawan Tokugawa Ieyashu, tetaplah perseteruannya dengan Uesugi Kenshin adalah yang paling panas selama masa Sengoku. Mereka bertempur hampir di setiap perbatasan wilayah Klan Uesugi dan klan Takeda, bahkan pernah juga bertempur hingga lima kali di Kawakanajima, sejak 1553 hingga 1564. Oleh masyarakat Jepang era itu Uesugi dikenal sebagai Naga dari Echigo sementara Takeda adalah Harimau dari Kai.
Meski saling bermusuhan, namun Uesugi tetap menahan diri untuk tidak menghancurkan Kai setelah Takeda Shingen meninggal, Baginya, pertempuran melawan klan Takeda adalah mempertahankan wilayah Echigo, sama halnya seperti saat ia menghalau pasukan Owari di Kaga. Oda Nobunaga bahkan memilih menyingkir dari Kaga setelah ditantang duel satu lawan satu dengan Uesugi.
Tidak lama setelah Takeda Shingen meninggal, Uesugi menyusulnya, kemudian berturut-turut Oda Nobunaga dan Mori Motonari, Jepang saat itu hanya menyisakan dua pemimpin tertinggi, Hideyoshi Toyotomi dan Tokugawa Ieyashu, hingga selepas Toyotomi wafat, klan Tokugawa berhasil menyatukan seluruh Jepang, dan memulai era Keshogunan Tokugawa, selama hampir 3 abad dan diakhiri oleh restorasi Meiji, pengembalian mandat dari Shogun kepada Kaisar Jepang.