Mimori Jogjakarta Pantomime 2022 adalah serangkaian acara yang diselenggarakan oleh Panitia Mimori didukung oleh Taman Budaya Yogyakarta. Event ini diselenggarakan untuk mengenang maestro pantomime Indonesia Jemek Supardi yang telah berpulang 100 hari silam.
Broto Wijayanto selaku ketua Mimori menuturkan, sejak kepergian Jemek Supardi, maka kawan-kawan merasakan Jogja darurat pantomime, oleh karena itu sejak berpulangnya Jemek, Broto dan kawan-kawan sudah merancang untuk menggelar acara ini.
Apa itu Mimori Jogja 2022
Mimori sendiri berasal dari dua kata yaitu Mime dan Ori, Mime sendiri merujuk pada orang yang melakukan pantomime, seni gerak tubuh tanpa kata, sedangkan ori bermakna orisinal. Mimori sendiri adalah istilah yang dicetuskan sendiri oleh Jemek Supardi. Mimori Jogja 2022 rencananya akan berlangsung mulai besok 21-23 Oktober 2022 di Gedung Societet Military Taman Budaya Yogyakarta.
Ketua Taman Budaya Yogyakarta Purwianti sendiri menyambut baik inisiatif pagelaran Mimori guna menghadirkan kembali gairah berkesenian di DIY, terlebih setelah meninggalnya Jemek Supardi, tentunya Yogyakarta membutuhkan generasi penerus yang mengembangkan seni gerak tubuh ini.
“Pak Jemek sebagai seniman pantomim Tanah Air jasanya sudah banyak, beliau adalah salah satu maestro pantomim yang kami miliki. Pentas ini untuk menghormati sekaligus membawa semangat berkesenian beliau,” tutur Purwiati pada press conference Mimori.
Sebagai tanda dukungan pemerintah DIY melalui Taman Budaya Yogyakarta, Purwiati melakukan pemotongan tumpeng sebagai penanda dimulainya Mimori Jogja 2022.
Sejarah Seni Pantomime
Seni pantomime sendiri berasal dari Italia, pada sekitar abad ke 16 masehi, pada saat itu, teater Commedia dell’arte menampilkan pertunjukan komedi gerak fisik yang memancing gelak tawa penonton. Tokoh Pantomime yang paling legendaris mungkin adalah Charlie Chaplin yang hidup 1889 sampai 1977.
Namun seni gerak tubuh tanpa wicara ini sebenarnya sudah ada sejak kemunculan peradaban manusia, di Mesir Kuno, India bahkan Yunani.
Di Indonesia, pantomime mulai bermunculan di era 1970an, di Yogyakarta ada Deddy Ratmoyo, Zulhamdani yang berasal dari ASDRAFI, Jemek Supardi sendiri salah satu dari mime (orang yang melakukan pantomime) di Yogyakarta diluar ASDRAFI, sementara di IKJ ada Sena A Utoyo dan Didi Petet yang memperkenalkan pantomim di IKJ, hingga kini pantomime telah dinikmati oleh masyarakat Indonesia sebagai bagian dari seni olah tubuh yang memancing gelak tawa.
Menghadirkan Kolaborasi Komunitas Pantomime berbagai Daerah
Broto menyebutkan setidaknya ada 10 komunitas yang nantinya akan bergabung dalam event 3 hari ini, yang berasal dari berbagai kota mulai dari Yogyakarta, Surabaya, Palembang dan kota-kota lain.
Selain itu, beberapa pantomime legendaris seperti Septian Dwi Cahyo, Deddy Ratmoyo, Broto Wijayanto, Asita Kaladewa juga akan hadir menyemarakkan acara. Nantinya akan ada berbagai rangkaian kegiatan mulai dari pertunjukkan, pentas seni, galeri, workshop dan lain sebagainya.
Tidak ketinggalan acara ini akan menampilkan Sekar Kinanti, putri Jemek Supardi yang juga seorang seniman seni tari akan unjuk kebolehan untuk menghormati berpulangnya Ayahanda tercinta. Rangkaian acara ini gratis dan dapat dihadiri oleh masyarakat umum.
Siapa Jemek Supardi?
Jemek Supardi adalah seniman mime sejati yang tetap setia menghidupi seni pantomime di Indonesia, ia tak hanya hadir di panggung dalam balutan canda, tetapi juga tampil dalam berbagai acara, kegiatan yang menyimbolkan kegelisahan masyarakat.
Jemek Supardi lahir di Pakem Sleman 22 Mei 1957 dan wafat pada 16 Juli 2022, Jemek muda bergabung dengan teater Alam dan terlibat dalam berbagai pementasan, namun Jemek pada akhirnya jatuh hati pada pantomime karena ia merasa kesulitan untuk menghapalkan naskah, dan lebih mudah mengekspresikannya dalam olah seni gerak pantomime.